Geger Demam Babi Afrika, Korea Selatan Langsung Musnahkan 1.500 Babi

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 09 Oktober 2020 | 18:07 WIB
Geger Demam Babi Afrika, Korea Selatan Langsung Musnahkan 1.500 Babi
Ilustrasi demam babi afrika. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Usai menemukan kasus demam babi di sebuah peternakan, pemerintah Korea Selatan langsung mengambil langkah tegas. Mereka segera memusnahkan setidaknya 1.500 babi setelah menemukan kasus demam babi itu.

Dikutip dari ANTARA, pada kamis malam tiga babi yang mati di sebuah peternakan di provinsi Gangwon pada Kamis malam dinyatakan positif mengidap penyakit demam babi Afrika.

Kabar baiknya penyakit itu yang tidak menyerang manusia tetapi bisa mematikan bagi babi.

Kini pihak berwenang memusnahkan semua babi yang berada dalam radius 10 kilometer dari peternakan itu.

Baca Juga: Kementan Diminta Fokus Cari Vaksin Demam Babi Afrika Daripada Kalung Corona

Ilustrasi babi (Unsplash/Pascal Debrunner)
Ilustrasi babi (Unsplash/Pascal Debrunner)

Sebagai informasi, sekitar 400.000 babi dimusnahkan setelah wabah demam babi Afrika yang dimulai akhir tahun lalu melanda setidaknya 14 peternakan.

Hingga pekan ini belum ditemukan kasus baru demam babi Afrika di peternakan sejak Oktober 2019. Namun, ditemukan 750 kasus pada babi hutan yang berkeliaran di perbatasan dengan Korea Utara.

Pada September, Korea Selatan melarang impor daging babi dari Jerman setelah adanya laporan kasus demam babi Afrika pada babi hutan di wilayah Jerman timur.

Sebelumnya, Negara Bagian Brandenburg, Jerman Timur diserang virus demam babi Afrika atau ASF. Ada 2 orang yang kembali terkonfirmasi.

Hal itu dipastikan, Kementerian Pertanian federal pada Kamis. Kasus tersebut menambah total menjadi 40 kasus sejak pertama kali dilaporkan pada 10 September.

Baca Juga: Puluhan Ribu Babi di NTT Mati Diserang Virus ASF

Semuanya terjadi pada satwa liar. Temuan terbaru, yang dibenarkan oleh lembaga sains Friedrich-Loeffle Jerman, berada di area kasus pertama, menurut kementerian.

REKOMENDASI

TERKINI