Pasien Asma Berisiko Kecil Meninggal akibat Virus Corona, Ini Sebabnya!

Kamis, 08 Oktober 2020 | 17:33 WIB
Pasien Asma Berisiko Kecil Meninggal akibat Virus Corona, Ini Sebabnya!
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@cottonbro)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada awalnya, orang yang memiliki asma disebut kelompok rentan terinfeksi virus corona Covid-19, yang termasuk penyakit pernapasan.

Tapi, studi ilmiah terbaru menemukan pasien asma tampaknya lebih kecil kemungkinannya meninggal karena virus corona Covid-19.

Pasien asma yang terinfeksi virus corona Covid-19 tampaknya tidak memiliki risiko tinggi untuk menjalani perawatan di rumah sakit atau membutuhkan bantuan pernapasan mekanis dibandingkan dengan pasien tanpa asma.

Karena itu dilansir dari Times of India, pasien virus corona Covid-19 dengan asma lebih kecil kemungkinannya meninggal karena penyakit mematikan tersebut.

Baca Juga: Studi Belgia: Virus Corona Covid-19 Bisa Menular ke Hewan Liar

Para peneliti di sistem perawatan kesehatan Boston mempelajari 562 pasien asma dengan virus corona dan 2.686 pasien virus corona dengan usia yang sama tanpa asma.

Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)

Kedua kelompok dirawat di rumah sakit dengan tingkat yang sama (18 sampai 21 persen) dan memiliki kebutuhan yang sama untuk ventilasi mekanis (3 persen pada kelompok asma vs 4 persen).

Tapi, pasien asma 70 persen lebih kecil kemungkinannya meninggal karena virus corona. Tak satu pun dari 44 pasien dengan asma berat yang meninggal dunia karena virus corona. Selain asma, berikut ringkasan beberapa studi ilmiah terbaruterkait virus corona Covid-19.

Tes virus corona baru lebih baik dalam mengidentifikasi pasien yang masih bisa menularkan penyakit

Sistem BD Veritor Becton Dickenson dan Co untuk deteksi cepat virus corona lebih baik daripada tes laboratorium RT-PCR, standar emas dalam membedakan antara virus infeksius dan non-infeksius dalam sampel usap.

Baca Juga: Benarkah Batuk Perokok Bisa Indikasi Kanker Paru-Paru? Ini Jawabannya!

Sebuah studi baru menemukan satu kelemahan dari RT-PCR adalah pasien dapat dites positif setelah mereka tidak lagi menular. Karena, tes itu mendeteksi sejumlah kecil RNA virus yang kemungkinan besar mewakili sel terinfeksi telah mati.

Tindakan intubasi tidak berisiko

Menempatkan selang di jalan napas pasien dianggap sebagai salah satu tindakan medis berisiko tinggi bagi staf medis. Karena, tindakan itu dilakukan dengan interaksi yang sangat dekat dengan mulut pasien.

Tapi, tindakan medis ini mungkin tidak meningkatkan risiko penularan virus corona Covid-19 seperti yang dikhawatirkan.

Dalam percobaan di ruang operasi, pasien yang dibius, diintubasi dan ekstubasi menghasilkan jauh lebih sedikit aerosol yang berpotensi membawa virus corona Covid-19.

Jenggot lebat tidak boleh mengesampingkan pemakaian masker yang rapat

Seseorang mungkin kesulitan memakai masker yang menutup rapat karena jenggotnya lebat. Laporan dalam Journal of Hospital Infection, menyarankan seseorang bisa menutupi jenggotnya yang lebat menggunakan karet elastis di bawah masker, dari atas dagu hingga pipi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI