Studi Finlandia: Perokok 3 Kali Lebih Berisiko Alami Pendarahan Otak

Kamis, 08 Oktober 2020 | 16:02 WIB
Studi Finlandia: Perokok 3 Kali Lebih Berisiko Alami Pendarahan Otak
Ilustrasi merokok. (Unsplash/Jaroslav Devia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sudah banyak diketahui bahwa merokok bisa memicu berbagai penyakit mulai dari paru-paru hingga kanker. Bahkan studi baru menunjukkan bahwa merokok juga bisa memicu kerusakan fatal di otak.

Melansir dari Upi, para peneliti dalam studi tersbeut menganalisis data pada lebih dari 16.000 pasangan kembar sesama jenis di Finlandia. Si kembar lahir sebelum 1958 dan diikuti selama sekitar 42 tahun, antara 1976 hingga 2018.

Selama masa tindak lanjut, terdapat 120 kematian akibat subarachnoid hemorrhage (SAH). SAH merupakan jenis stroke perdarahan yang terjadi di bawah selaput yang menutupi otak. Dalam penelitian ini, usia rata-rata saat kematian adalah sekitar 61 tahun.

Penemuan yang dipublikasikan pada 17 September di jurnal Stroke ini juga menyatakan bahwa pada perokok berat dan sedang risiko perdarahan fatal di otak tiga kali lebih tinggi daripada perokok yang tak merokok. Sementara pada perokok ringan risikonya 2,8 kali lebih tinggi.

Baca Juga: Setelah Puluhan Tahun, Ilmuwan Temukan Kemungkinan Penyebab Hidrosefalus

"Studi kami memberikan bukti lebih lanjut tentang hubungan antara merokok dan pendarahan di otak," kata rekan penulis Ilari Rautalin Ph.D.

Ilustrasi merokok.[Unsplash/Irina Iriser]
Ilustrasi merokok.[Unsplash/Irina Iriser]

Tidak seperti penelitian sebelumnya, penelitian ini menemukan bahwa tekanan darah tinggi dan aktivitas fisik yang lebih rendah bukanlah faktor signifikan dalam risiko pendarahan otak yang fatal.

Menurut Dr. Rose Marie Robertson, wakil kepala sains dan petugas medis American Heart Association (AHA), studi jangka panjang ini membantu memastikan hubungan antara perdarahan subarachnoid dan merokok.

"Tidak merokok atau berhenti jika Anda sudah mulai adalah komponen penting dari pencegahan primer (pendarahan otak)," kata Robertson, salah satu direktur AHA Tobacco Center for Regulatory Science.

Baca Juga: Studi Chicago: Kabut Otak akibat Virus Corona Bisa Indikasi PTSD

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI