Suara.com - Sebuah studi baru dari Universitas Bringmingham menunjukkan bahwa petugas kesehatan yang sudah terinfeksi virus corona Covid-19 lebih cenderung mengalami kekurangan vitamin D.
Studi lanjutan ini menganalisis sampel darah 392 petugas kesehatan NHS (layanan kesehatan Inggris) di Rumah Sakit Universitas Birmingham NHS Foundation Trust.
Sampel pertama kali diuji untuk mengetahui keberadaan antibodi SARS-CoV-2, sebelum akhirnya menjalani pengujian untuk menetapkan konsentrasi vitamin D.
Dilansir Medical Xpress, peneliti menemukan lebih dari setengah sampel (55 persen) memiliki antibodi virus corona, yang menunjukkan mereka pernah terkena Covid-19. Dari jumlah tersebut, sebanyak 61 penderita (15,6 persen) dilaporkan mengalami kekurangan vitamin D.
Baca Juga: Tren Beli Obat dan Vitamin Secara Online Meningkat di Masa PSBB
Tingkat vitamin D lebih rendah ditemukan pada staf muda dan laki-laki, serta mereka yang memiliki BMI tinggi.
Hasil juga menunjukkan mereka yang kekurangan vitamin D justru lebih mungkin mengalami gejala demam, sakit dan nyeri tubuh, bukan gejala pernapasan seperti sesak napas atau batuk terus menerus.
Tidak hanya itu, peneliti juga menulis bahwa kekurangan vitamin D akan membuat orang tersebut rentan terhadap virus, terutama pada pria kulit hitam, Asia, atau etnis minoritas.
"Data kami menambah bukti yang muncul dari penelitian di Inggris dan secara global bahwa individu dengan Covid-19 parah lebih kekurangan vitamin D daripada mereka yang menderita penyakit ringan," tutur Penulis Profesor David Thickett, dari University of Birmingham's Institute of Inflammation and Aging.
Ia menambahkan, jika studinya digabungkan dengan bukti yang ada maka akan menunjukkan manfaat potensial dari suplementasi vitamin D pada individu yang berisiko kekurangan vitamin D sebagai cara untuk mengurangi dampak Covid-19.
Baca Juga: Amankan Demo, Anggota Brimob Diberi Cairan Antiseptik, Masker, dan Vitamin