Suara.com - Menghindari pemberian susu formula (CMF) pada bayi yang baru lahir atau baru berumur beberapa bulan disebut bisa menurunkan risiko asma. Hal ini dinyatakan oleh sebuah penelitian yang diterbitkan dalam JAMA Network Open pada 2 Oktober 2020.
Penelitian ini disusun oleh Hiroshi Tachimoto, MD, Ph.D., dari Jikei University School of Medicine di Jepang, dan rekannya. Analisis ini melibatkan 302 bayi yang diikuti hingga usia 2 tahun.
Di antara bayi yang menerima susu formula sebagai suplemen untuk menyusui sejak lahir hingga 5 bulan stidaknya menalami kenaika risiko hingga 18 persen mengembangkan asma atau mengi berulang. Sebaliknya, risikonya turun jam 10 persen pada bayi hanya disusui ASI dan formula elemen berbasis asam amino selama beberapa bulan.
"Menyusui dengan atau tanpa tambahan susu formula selama tiga hari pertama atau lebih tampaknya menurunkan risiko asma atau mengi berulang pada anak kecil dibandingkan dengan menyusui ditambah sedikit susu formula dari hari pertama kehidupan," catat para peneliti.
Baca Juga: Penelitian Terbaru, Asi Dapat Lindungi Bayi dari Infeksi Covid-19?
Dari 151 yang tidak menerima susu formula berbasis susu sapi, 15 hingga 10 persen mengembangkan asma atau mengi berulang. Sementara mereka yang mengonsumsi susu sapi risikonya meningkat jadi 27 hingga 18 persen.
Meskipun para peneliti tidak menyelidiki mengapa perbedaan ini terjadi, para peneliti menyebutkan bahwa ASI mungkin mengandung bahan kimia serta nutrisi tertentu yang meningkatkan sistem kekebalan dan bakteri usus bayi.
"Namun, mekanisme ini pada dasarnya tetap tidak diketahui dan penelitian lebih lanjut diperlukan," tulis mereka.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan agar ibu menyusui setidaknya selama enam bulan setelah lahir.
Namun, tidak semua perempuan dapat menyusui karena berbagai alasan. Oleh sebab itu, pemberian susu formula yang direkomendasikan adalah jenisyang diperkaya zat besi.
Baca Juga: Bukti Baru, Ilmuwan Beijing Temukan ASI Bisa Lawan Virus Corona Covid-19