Suara.com - Indonesia kini tengah memasuki musim pancaroba yang merupakan pergantian dari musim kemarau ke musim penghujan. Masyarakat pun diminta untuk waspada karena berbagai penyakit datang seperti salah satunya Demam Berdarah Dengue (DBD).
“Kasus DBD ini karena nyamuk aedes aegypti yang biasanya datang musim pancaroba seperti ini,” ujar Humas Puskesmas Cileungsi, dr. Sri Wijayanti saat dihubungi Suara.com, Rabu (7/10/2020).
Aedes aegypti sendiri merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain itu aedes aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning, chikungunya, dan demam Zika yang disebabkan oleh virus Zika.
Perlu diketahui juga, demam berdarah menyebar melalui gigitan nyamuk betina yang mentransmisikan virus DBD. Nyamuk ini biasanya menyerang di siang dan petang hari, baik di dalam maupun di luar rumah.
Baca Juga: Hipotesis Penelitian: Orang yang Sembuh dari DBD Lebih Kebal Covid-19?
Nyamuk Aedes berkembang biak di air yang tergenang dan jarang terbang menjauh lebih dari 200 meter dari tempat berkembang biak.
Menurutnya, penting bagi penderita DBD yang digigit nyamuk aedes aegypti untuk mengenali sejak dini agar bisa cepat diobati. Jika tidak, efek dari gigitan nyamuk aedes aegypti itu akan membuat penderita mengalami demam tinggi selama tiga hari, lalu kembali menurun.
Namun, penurunan demam itu ternyata bukan tanda akan sembuh, melainkan telah memasuki masa kritis yang membuat trombositnya semakin menurun.
“Jadi penderitanya lemas dan darahnya akan kental, kalau tidak segera ditangani penderita akan mengalami komplikasi lain,” jelasnya.
Tak hanya itu, penderita DBD juga akan mengalami pecah pembuluh darah yang terjadi adanya pendarahan dari hidung, hingga ke gigi. “Itu harus hati-hati karena jika tidak dilakukan pengobatan bisa mengakibatkan hal yang tidak terduga terjadi,” beber dr. Sri.
Baca Juga: Anak Demam Usai Imunisasi, Ini Saran Dari Dokter
Dia menyarankan penderita demam berdarah untuk segera berobat ke dokter dan biasanya diharuskan untuk istirahat penuh di rumah (bed rest). Sebagian besar penderita akan pulih dalam dua minggu, namun dengan syarat pasien perlu menjaga pola hidup sehat.