Sakit Kepala Hebat, Otak Perempuan Ini Dipenuhi Larva Cacing Pita

Selasa, 06 Oktober 2020 | 12:40 WIB
Sakit Kepala Hebat, Otak Perempuan Ini Dipenuhi Larva Cacing Pita
Ilustrasi sakit kepala.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang perempuan asal Australia mengeluhkan sakit kepala terus menerus yang tak tertahankan dua hingga tiga kali sebulan sejak dia berusia 18 tahun. 

Sakit kepala itu juga seringkali disertai dengan gangguan penglihatan. Obat penghilang rasa sakit biasanya akan meredakan sakitnya tetapi ini terus berlanjut. Kondisi itu membuatnya mencari pertolongan medis. Apalagi penglihatannya juga makin memburuk.

Dilansir dari Fox News, dokter dalam The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene mengungkap fakta mengerikan dari kasus tersebut. Menurutnya, ini disebabkan karena adanya larva cacing pita di otak perempuan tersebut. 

Hal ini ditemukan, setelah dilakukan pemindaian MRI. Awalnya  dokter mengira apa yang perempuan itu alami ialah abses otak atau tumor. 

Baca Juga: Kelelahan Jadi Gejala Pertama Covid-19, Kebanyakan Minum Boba Diamputasi?

Cacing pita parasit bisa menginfeksi manusia. (Shutterstock)
Cacing pita parasit bisa menginfeksi manusia. (Shutterstock)

Tetapi ketika perempuan itu menjalani operasi untuk menghilangkan lesi otak, mereka menemukan penyebab mengejutkan di balik rasa sakitnya, yakni kista yang penuh dengan larva cacing pita.  

Untungnya, setelah kista diangkat, perempuan yang bekerja sebagai barista dan dianggap berisiko rendah untuk jenis infeksi ini, tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.

Ia merinci bahwa ini merupakan kasus asli atau kasus yang didapat secara lokal (neurocysticercosis), penyakit parasit yang terjadi setelah seseorang secara tidak sengaja menelan telur Taenia solium (cacing pita babi).

"Manusia terinfeksi setelah mengonsumsi makanan yang kurang matang, terutama daging babi, atau air yang terkontaminasi telur cacing pita, atau melalui praktik kebersihan yang buruk,” menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dilansir Fox News.

Mengingat, perempuan yang tidak disebutkan namanya, dalam laporan kasus, tidak pernah bepergian ke luar negeri pada saat dia didiagnosis.

Baca Juga: Bukan Batuk, Sakit Kepala dan Kelelahan Jadi Gejala Pertama Virus Corona!

"Kasus Australia yang dilaporkan (biasanya) terjadi pada imigran atau penduduk yang kembali, yang telah melakukan perjalanan ke daerah endemik. Kasus autochthonous telah dicatat di wilayah non endemik lainnya di dunia, termasuk laporan yang sering dirujuk dalam komunitas Yahudi ortodoks di New York City dan juga di negara-negara Timur Tengah, di mana konsumsi daging babi dilarang karena alasan agama," tulis para penulis.

Kadang-kadang, lanjut mereka, ini ada hubungannya dengan kontak erat pada orang-orang yang berasal dari daerah geografis dengan endemisitas tinggi, yang mungkin dipekerjakan dalam rumah tangga dari mereka yang seharusnya tidak berisiko,” penulis laporan kasus tersebut menulis.  

Namun, hubungan seperti itu tidak dapat ditemukan dalam kasus ini. Keluarga pasien tidak menampung tamu atau pekerja rumah tangga dari daerah endemik, juga tidak melaporkan kontak dekat dari pasien sebelumnya atau saat ini dengan orang dari daerah endemisitas yang diketahui.

"Pekerjaan pasien sebagai barista memang memerlukan kontak yang berkelanjutan dengan orang-orang dari berbagai wilayah geografis, tetapi ini tidak dapat dibedakan dari banyak pemuda Australia lainnya yang bekerja di industri perhotelan," kata para peneliti. 

Namun, tidak mengherankan bahwa dengan frekuensi tinggi dan kemudahan perjalanan antara daerah endemik dan non-endemik, infeksi sporadis dapat terjadi pada orang-orang, yang dianggap tidak atau berisiko sangat rendah untuk terinfeksi T. solium. 

Meskipun sumber infeksi yang jelas tidak ditemukan di sini, diperkirakan bahwa pasien secara tidak sengaja menelan telur T. solium yang dilepaskan dari pembawa cacing pita yang memiliki kasus dengan lesi otak soliter.

Jika tidak ditangani, larva dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menyerang jaringan lain, menyebabkan kondisi yang disebut sistiserkosis.

"Ketika larva menumpuk di sistem saraf pusat, otot, kulit dan mata, hal itu menyebabkan neurocysticercosis - bentuk paling parah dari penyakit dan penyebab umum kejang di seluruh dunia,” kata WHO.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI