Studi Ungkap Sebab Mengapa Lebih Banyak Pria Meninggal Akibat Covid-19

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 05 Oktober 2020 | 19:30 WIB
Studi Ungkap Sebab Mengapa Lebih Banyak Pria Meninggal Akibat Covid-19
Petugas memakamkan jenazah Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Selasa (8/9/2020). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan telah mencoba memahami mengapa Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, mempengaruhi pria lebih parah daripada perempuan

Penelitian sebelumnya telah menemukan petunjuk adanya antibodi, serta respons imun pada kedua jenis kelamin. Dua studi terbaru menawarkan penjelasan lebih lanjut.

Kedua makalah yang diterbitkan dipresentasikan pada Konferensi ESCMID tentang Penyakit Coronavirus (ECCVID), yang berlangsung secara online dari 23-25 September, lapor EurekAlert.

Salah satunya adalah penelitian di Jerman yang menegaskan bahwa pria memiliki risiko kematian terkait Covid-19 yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, dan peneliti menemukan bahwa hal ini mungkin terkait dengan tingkat peradangan yang lebih tinggi pada pria.

Baca Juga: Kabar Baik! Jumlah Pasien Sembuh Covid-19 di Sumut Jadi 7.667 Orang

Ilustrasi, pemakaman jenazah Covid-19. (FOTO ANTARA/Dok & Suara.com/Alfian Winanto)
Ilustrasi, pemakaman jenazah Covid-19. (FOTO ANTARA/Dok & Suara.com/Alfian Winanto)

Karena jumlah kematian akibat COVID-19 mencapai hampir satu juta, para ahli mengatakan kemungkinan satu juta lagi bisa meninggal karena penyakit sebelum vaksin ditemukan.

Studi kedua oleh para peneliti dari Belanda menjelaskan bahwa kematian akibat Covid-19 pada pria dapat dijelaskan oleh perbedaan protein yang beredar dan sel sistem kekebalan.

Penelitian di Jerman, yang dipimpin oleh Dr Frank Hanses dari University Hospital Regensburg di Jerman, dan rekannya, menunjukkan bahwa pria memiliki 62 persen peningkatan risiko kematian terkait Covid-19 dibandingkan dengan perempuan. Ini setelah disesuaikan dengan berbagai faktor.

Untuk studi mereka, tim mengambil data dari multisenter internasional Lean European Open Survey on SARS-CoV-2-Infected Patients (LEOSS), yang dibuat selama pandemi Covid-19.

Mereka kemudian menilai 3.129 pasien dewasa dengan Covid-19 yang terdaftar antara Maret dan Juli 2020, dan menggambarkan manifestasi klinis Covid-19 dalam empat fase:

Baca Juga: Curhat Pedagang Pasar Umum Sukawati soal Revitalisasi di Tengah Pandemi

  • Tidak rumit (gejala asimtomatik / ringan)
  • Rumit (perlu suplementasi oksigen)
  • Kritis (perlu perawatan kritis)
  • Pemulihan

Gejala pasien, tanda vital, penanda inflamasi, dan intervensi terapeutik juga dipelajari selama semua fase. Para peneliti mencatat bahwa perkembangan ke fase kritis (masuk ICU) terlihat lebih sering pada pria daripada perempuan (30,6 persen  vs 17,2 persen). Rata-rata lama perawatan di rumah sakit juga lebih lama pada pasien pria (15,4 vs 13,3 hari).

Pria juga memiliki penanda inflamasi yang lebih tinggi secara signifikan di semua fase penyakit, para peneliti menambahkan, dan selanjutnya berkomentar:

“Pria lebih mungkin berkembang ke fase kritis Covid-19. Pria memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi serta lebih sering masuk ICU dan lebih lama tinggal di rumah sakit, yang semuanya dikaitkan dengan parameter inflamasi yang lebih tinggi selama semua fase Covid-19.

"Dalam kohort kami, efek ini tidak dijelaskan oleh perbedaan komorbiditas, usia atau BMI antara pasien pria dan perempuan."

Tim menyimpulkan bahwa studi lebih lanjut tentang apa yang sebenarnya membuat pria lebih rentan terhadap Covid-19 diperlukan, karena para ilmuwan belum mengetahui faktor biologis, atau mungkin sosial, yang menyebabkan perbedaan mencolok ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI