Suara.com - Anak-anak yang menderita bronkitis setidaknya sekali sebelum usia 7 tahun cenderung mengembangkan masalah paru-paru di kemudian hari. Hal ini dinyatakan oleh sebuah penelitian yang dipresentasikan pada Kongres Internasional Masyarakat Pernapasan Eropa 2020.
Jennifer Perret, Ph.D., dari University of Melbourne di Australia dan rekan menilai hubungan antara bronkitis pada masa kanak-kanak dan kondisi klinis di usia paruh baya menggunakan data dari Tasmanian Longitudinal Health Study. Melansir dari Medical Xpress, studi ini diambil dari 3.085 orang pada tahun 1968 hingga 2016.
Anak dengan bronkitis yang pada usia 7 tahun ke bawah menunjukkan kondisi kesehatan termasuk bronkitis kronis, asma, dan spirometri pra atau pasca bronkodilator di usia 53 tahun.
Para peneliti menemukan bahwa peningkatan keparahan bronkitis pada masa kanak-kanak dikaitkan dengan asma atau pneumonia saat dewasa. Orang yang mengalami episode bronkitis berulang yang tidak berulang mengalami risiko pneumonia 1,4 lipat lebih tingga, berulang 2 kali lipat.
Baca Juga: Covid-19 Anak Lebih Ringan daripada Orang Dewasa, Studi Ungkap Alasannya
Sementara bronkitis yang berlarut-larut pada masa kanak-kanak memiliki peningkatan risiko pneumonia 3,2 kali lipat pada saat mereka mencapai usia rata-rata 53 tahun.
Demikian pula, ada peningkatan risiko asma saat dewasa yang mencapai 1,3 hingga 6,4 kali lipat. Namun, peneliti tidak menemukan adanya hubungan bronkitis anak-anak dan bronkitis kronis dewasa.
"Penemuan kami memperkuat bukti bahwa penyakit paru-paru orang dewasa dapat berasal dari masa kanak-kanak dan bahwa bronkitis pada masa kanak-kanak dapat mempengaruhi kesehatan paru-paru di usia paruh baya," kata Perret.