Usai Pandemi Reda, Kasus Gangguan Jiwa di Inggris Diprediksi Meningkat

Jum'at, 02 Oktober 2020 | 03:15 WIB
Usai Pandemi Reda, Kasus Gangguan Jiwa di Inggris Diprediksi Meningkat
Ilustrasi gangguan jiwa [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pusat Kesehatan Mental di Inggris memprediksi jutaan orang dj negara itu akan membutuhkan dukungan kesehatan mental setelah pandemi Covid-19 mereda.

Tak tanggung-tanggung, diprediksi sekitar 8,5 juta orang dewasa dan 1,5 juta anak-anak di Inggris akan membutuhkan dukungan kesehatan mental.

Mereka memperingatkan bahwa banyak yang akan kehilangan pekerjaan, kehilangan orang yang dicintai, atau akan berurusan dengan efek jangka panjang dari Covid-19. Ditambah dengan meningkatnya masalah umum seperti kecemasan kesehatan dan agorafobia karena Covid-19.

Laporan tersebut menunjukkan, sementara dua pertiga orang sudah memiliki penyakit mental dan mungkin menerima dukungan, yang lain akan membutuhkan bantuan untuk pertama kalinya, menciptakan tekanan yang lebih besar pada perawatan kesehatan mental oleh NHS, layanan kesehatan masyarakat Inggris.

Baca Juga: Psikologis Harus Dijaga, Dinkes DKI: Tenaga Medis Bisa Jadi Teman Curhat

Ilustrasi kesehatan mental. (Unsplash/Priscilla Du Preez)
Ilustrasi kesehatan mental. (Unsplash/Priscilla Du Preez)

Laporan itu di luar dampak mental terhadap tenaga kesehatan, yang menurut laporan tersebut juga akan membutuhkan perawatan untuk masalah-masalah seperti tekanan pasca-trauma, tekanan psikologis yang tinggi, dan kelelahan. 

"Di antara orang-orang yang tidak mengalami gangguan kesehatan mental sebelum pandemi, permintaan akan layanan diperkirakan mencapai 1,33 juta orang untuk kecemasan sedang-berat dan 1,82 juta untuk depresi sedang hingga berat," tertulis dalam laporan tersebut.

Dari jumlah total orang yang membutuhkan dukungan, peneliti memperkirakan lebih dari 230.000 pekerja NHS mungkin memerlukan perawatan, termasuk untuk tekanan pasca trauma (36.996), tekanan psikologis yang tinggi (120.372) dan kelelahan (81.499). 

Di antara pasien yang pulih dari Covid-19 parah, diperkirakan 630 akan membutuhkan dukungan kesehatan mental untuk kecemasan, 454 untuk depresi dan 354 untuk PTSD, menurut laporan itu. 

Sementara itu, 36.000 orang yang kehilangan orang yang dicintainya juga membutuhkan perawatan, dengan kondisi depresi yang paling umum. Pada tingkat pengangguran saat ini, yang bisa meningkat, sekitar 30.000 orang yang kehilangan pekerjaan akan membutuhkan dukungan untuk depresi berat. 

Baca Juga: Dikenal Bugar, Mahasiswa AS Meninggal Akibat Komplikasi Langka Covid-19

Dan dari 1,5 juta anak yang diperkirakan membutuhkan dukungan, 458.922 di antaranya membutuhkan bantuan untuk depresi dan 407.623 untuk kecemasan. Anak-anak yang kehilangan orang tua karena Covid-19 juga akan membutuhkan bantuan, ditambah mereka yang menderita tekanan mental lainnya selama penguncian. 

Nick O'Shea, kepala ekonom di Center For Mental Health, yang memimpin penelitian tersebut menyatakan angka-angka itu sangat mencolok. Covid-19 menjadi bencana bagi setiap negara yang terkena dampak parah, konsekuensinya bagi kesehatan mental bisa sama parahnya. 

"Tantangan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan mental yang timbul dari pandemi mungkin sama besarnya dengan banyaknya kesulitan dalam menanggapi virus. Jadi itu harus ditanggapi dengan serius. Kita harus bersiap sekarang untuk apa yang ada di depan," kata Nick dikutip dari Metro.

Menurutnya, kebutuhan akan kesehatan mental yang tidak terselesaikan dapat meningkat ke titik krisis tanpa bantuan awal yang efektif. 

"Kami tidak bisa menunggu dan melihat atau meninggalkannya sampai pandemi mereda," ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI