Suara.com - Pasien Covid-19 yang parah sering kali mengalami henti jantung. Kondisi ini dikaitkan dengan kesempatan selamat yang minim, terutama pada pasien berusia 80 tahun atau lebih.
Melansir dari Medicalxpress, temuan ini telah diterbitkan pada jurnal The BMJ. Temuan ini dapat membantu memandu perawatan pasien Covid-19 yang mengalami sakit kritis.
Tim peneliti Amerika Serikat mulai memperkirakan kejadian, faktor risiko, dan hasil yang terkait dengan serangan jantung atau henti jantung di rumah sakit pada pasien kritis Covid-19. Temuan mereka didasarkan pada data daro 5019 pasien kritis berusia 18 tahun atau lebih di 68 rumah sakit di seluruh Amerika Serikat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 701 atau 14 persen pasien mengalami serangan jantung di rumah sakit dalam waktu 14 hari setelah masuk ke unit perawatan intensif. Sebanyak 400 pasien atau 57 persen di antaranya telah menerima CPR.
Baca Juga: Dokter Norman Sangat Sedih Lihat Artis Tak Bermasker Tampil di TV
Sebagian besar pasien yang selamat setelah keluar dari rumah sakit hanya membutuhkan CPR jangka pendek. Kelangsungan hidup juga tergantung usia, keselamatan orang di bawah 45 tahun mencapai 21 persen pasien sementara orang berusia 80 tahun atau lebih hanya mencapai 3 persen.
Oleh karena itu, para peneliti mengatakan serangan atau henti jantung biasa terjadi pada pasien yang sakit kritis dengan Covid-19.
Kondisi ini juga dikaitkan dengan kelangsungan hidup yang buruk bahkan ketika diberi CPR terutama pada pasien berusia 80 atau lebih.
"Data studi kami dapat membantu menginformasikan pasien, anggota keluarga, dan dokter dalam pengambilan keputusan yang kompleks tentang pasien dengan Covif-19 yang berisiko terkena serangan jantung atau henti jantung," catat para peneliti.
Baca Juga: Yoga Jadi Alternatif Tenangkan Tubuh dan Pikiran Saat Pandemi Covid-19