Suara.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (AS) memeringatkan bahwa tambalan gigi perak yang dikenal sebagai amalgam gigi bisa menyebabkan masalah kesehatan bagi beberapa kelompok berisiko tinggi.
FDA telah memberikan penjelaskan bahwa tambalan gigi bisa menyebabkan masalah kesehatan bagi orang yang memiliki hipersensitivitas terhadap merkuri.
Tambalan amalgam gigi adalah campuran perak, timah, tembaga dan merkuri. FDA dan American Dental Association (ADA) telah mengatakan bahan tersebut aman. Tapi, rekomendasi FDA yang diperbarui mengatakan amalgam gigi aman hanya untuk sebagian besar orang, tetapi ada beberapa yang harus menghindari bahan tersebut, termasuk wanita hamil, sedang berencana hamil dan menyusui.
Bahkan anak-anak di bawah usia 6 tahun dan orang yang memiliki masalah ginjal, masalah neurologis dan multiple sclerosis juga harus menghindari bahan tersebut.
Baca Juga: Anak Telat Tumbuh Gigi, Apakah Suplemen Kalsium Bisa Membantu?
Amalgam gigi banyak digunakan karena kuat, tahan lama dan lebih murah dibandingkan bahan tambalan gigi lainnya. Tapi, lama kelamaan bahan ini bisa melepaskan sedikit uap merkuri.
Jumlah uap yang dilepaskan pun tergantung pada seberapa banyak orang mengertakkan gigi dan lamanya usia tambalan tersebut.
"Meskipun sebagian besar bukti menunjukkan paparan merkuri dari amalgam gigi tidak menyebabkan efek kesehatan negatif pada populasi umum," kata FDA dikutip dari BBC.
Bagi orang yang masuk dalam kategori rentan, FDA menyarankan dokter gigi menggunakan alternatif, seperti resin untuk menambal gigi.
FDA tidak merekomendasikan orang melepas atau mengganti tambalan gigi yang kondisinya baik, karena pencabutan bisa meningkatkan paparan uap merkuri dan merusak struktur gigi sehat.
Baca Juga: Payudara Besar Sebelah, Benarkah Tanda Kanker Payudara?
Setelah panduan FDA diperbarui, American Dental Association mengatakan bahwa amalgam gigi adalah pilihan penambalan gigi yang tahan lama, aman dan efektif.
"Tidak ada bukti ilmiah baru yang dikutip sebagai bagian dari rekomendasi FDA," kata ADA.