Suara.com - Virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2 menggunakan protein lonjakan, yang berbentuk seperti paku, untuk menempel dan menyerang sel manusia. Tapi untuk melakukannya, menurut sebuah studi, paku akan berubah menjadi setidaknya 10 bentuk berbeda.
Pada awal pandemi Covid-19, ilmuwan dengan cepat mengidentifikasi struktur protein lonjakan pada virus, yang bisa menjadi target vaksin Covid-19 atau obat Covid-19.
Tetapi, banyak ilmuwan belum tahu interaksi protein lonjakan dengan reseptor protein ACE2, 'pintu' virus untuk memasuki sel manusia.
"Protein lonjakan adalah fokus dari begitu banyak penelitian saat ini," kata salah satu penulis utamanya, Donald Benton, peneliti pascadoktoral di Francis Crick Institute's Structural Biology of Disease Processes Laboratory, Inggris, dilansir Live Science.
Baca Juga: Temukan Antibodi Potensial, Ilmuwan Jerman Kembangkan Vaksin Covid-19 Pasif
Setelah melakukan analisis terhadap campuran protein ACE2 dengan protein lonjakan virus di laboratorium, peneliti menemukan protein lonjakan mengalami perubahan bentuk saat mengikat reseptor ACE2.
Setelah protein lonjakan adalah ikatan pertama, kemudian strukturnya menjadi lebih terbuka untuk mengikat lagi.
Ketiga situs protein lonjakan kemudian mengikat sel, menunjukkan 'inti pusatnya'. Struktur akhir ini memungkinkan virus menyatu dengan membran sel.
Protein lonjakan sangat cepat berubah. Di laboratorium, mereka dapat berubah dalam waktu kurang dari 60 detik. Tetapi ini akan sangat berbeda dalam infeksi yang sebenarnya.
"Ini adalah proses pengikatan reseptor yang sangat rumit dibandingkan dengan kebanyakan protein lonjakan virus. Flu dan HIV memiliki proses aktivasi yang lebih sederhana," kata Benton.
Baca Juga: Tak Semua Orang Bisa Punya Antibodi Virus Corona, Adakah Keuntungannya?
Bentin menduga ini adalah bentuk virus corona melindungi diri dari pengenalan antibodi tubuh manusia. Ketika protein lonjakan tertutup, virus menyembunyikan situs yang mengikat reseptor, mungkin menghindari antibodi untuk masuk dan mengikat situs tersebut.
Meski begitu, hal ini tetap sulit untuk diketahui, kata Antoni Wrobel, rekan Benton dari institut yang sama.
Intinya, penelitian ini mengungkapkan banyaknya permukaan pada protein lonjakan yang terpapar selama infeksi, karena berbagai bentuk mengungkap bagian lain yang sebelumnya tersembunyi.
Benton dan Wrobel berharap studi selanjutnya dapat mencari tahu mengapa virus corona mengalami begitu banyak perubahan korformasi ini, bagaimana perbandingannya dengan jenis virus corona lain dan apakah perubahan ini dapat menjelaskan mengapa SARS-CoV-2 dapat menyebar dengan mudah.
Penemuan ini dipublikasikan pada 17 September di jurnal Nature.