Suara.com - Anak perempuan yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan olahraga di masa kanak-kanak menunjukkan peningkatan perilaku dan perhatian pada masa remaja awal. Hal ini dinyatakan dalam sebuah penelitian baru yang diterbitkan dalam Preventative Medicine.
"Anak perempuan yang melakukan olahraga ekstrakurikuler reguler antara usia 6 hingga 10 tahun menunjukkan gejala gangguan attention-deficit hyperactivity (ADHD) yang lebih sedikit pada usia 12 tahun dibandingkan dengan anak perempuan yang jarang berolahraga," kata Linda Pagani, seorang profesor di Sekolah Psikoedukasi Université de Montréal seperti yang dikutip dari Medicalxpress.
"Anehnya, anak laki-laki tampaknya tidak mendapatkan manfaat seperti yang didapatlam anak perempuan," kata Pagani.
Menurut Pangani, tidak jelas sejauh mana aktivitas fisik yang terorganisir bermanfaat bagi anak-anak dengan gejala ADHD. ADHD sendiri merupakan masalah mental yang merusak kemampuan anak-anak untuk memproses informasi dan belajar di sekolah.
Baca Juga: Covid-19 Anak Lebih Ringan daripada Orang Dewasa, Studi Ungkap Alasannya
Olahraga dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan hidup dan hubungan yang mendukung dengan teman sebaya dan orang dewasa.
“Jadi, dari perspektif kesehatan masyarakat, olahraga ekstrakurikuler berpotensi menjadi pendekatan yang positif, non-stigmatisasi dan menarik untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis dan dengan demikian dapat menjadi terapi perilaku untuk remaja dengan ADHD,” kata Pagani.
Pagani dan timnya mengambil kesimpulan setelah memeriksa data dari kelompok anak-anak di Quebec yang lahir pada tahun 1997 dan 1998.
Pagani menyimpulkan bahwa kegiatan olahraga pada anak perempuan usia dini dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial. Kemampuan ini memainkan peran kunci dalam kesuksesan pribadi, keuangan, dan ekonomi.
Baca Juga: Pertontonkan Ketelanjangan di Depan Anak-anak, Acara TV Ini Tuai Kecaman