Kaki Nyaris Diamputasi, Ketahui Bahaya Keseringan Minum Boba

Senin, 28 September 2020 | 20:32 WIB
Kaki Nyaris Diamputasi, Ketahui Bahaya Keseringan Minum Boba
Ilustrasi Boba Tea. (Dok: Instagram/thewhaleteacitysquarema)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Siapa yang tidak menyukai minuman manis dengan tambahan boba di dalamnya? Beberapa tahun ini, minuman boba sangat digandrungi banyak orang, termasuk salah seorang pengguna Twitter, @dangobulet.

Dalam utas yang sudah diretweet sebanyak 23 ribu kali di Twitter ini, ia mengaku sangat menyukai jenis minuman manis satu tersebut. Bahkan, ia mengaku nyaris setiap hari mengonsumsinya.

Tapi sayangnya, kebiasaan ini justru memberikan pelajaran baginya akibat dampak buruk yang @dangobulet alami, yaitu kaki yang hampir diamputasi.

Hal ini berawal dari kaki kanan yang selalu lemas ketika gadis bernama asli Ranya dari Bekasi, Jawa Barat, ini berjalan. Mengira hanya pegal biasa, ia pun mengabaikannya pada saat itu, dan melanjutkan kebiasaannya mengonsumsi minuman boba.

Baca Juga: Ketoasidosis Diabetik Turunkan Kemampuan Kognitif Anak Penderita Diabetes

Suatu hari saat ia akan pergi, Raya mulai menyadari kakinya mengalami lumpuh sementara.

Utas yang dibagikan Raya (Twitter/dangobulet)
Utas yang dibagikan Raya (Twitter/dangobulet)

"Gejalanya apa? Pernah gak sih kalian ngerasain jantung kalian deg-degan? Nah, rasa deg-degan itu pindah ke telapak kaki. Dari yang jalan biasa aja, tahu-tahu rasanya kesemutan dari telapak (kaki) sampai paha atas, dan itu gak bakal berhenti rasa sakitnya," tulis Ranya dalam utasnya, Sabtu (26/9/2020) kemarin.

Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memeriksakan diri. Dalam pemeriksaan pertama, ia didiagnosis dokter kekurangan vitamin B, sedangkan pada pemeriksaan kedua dokter menemukan kadar gula gadis ini sangat tinggi.

"Sampai waktu dites gula darah, angkanya gak muncul. Kebayang gak seberapa parahnya? Itu di atas 500-an berarti," sambung gadis 20 tahun ini.

Tetapi ada satu hal yang membuat Raya bertanya-tanya, mengapa ia terlihat sehat? Bahkan, lanjutnya, sang dokter juga terheran.

Baca Juga: Penderita Diabetes Bisa Donor Darah, Tapi Ada Syaratnya

Menurut sang dokter, apabila kadar gula seseorang sudah melebihi 500-an, akan ada banyak gejala yang muncul. Misalnya, rasa haus berlebih dan seringnya kebutuhan buang air kecil.

"Akhirnya mulai tuh fisioterapi, biar balikin fungsi-fungsi saraf di kaki yang sempat lumpuh. Sekaligus benerin pola hidup! Ini penting banget," lanjutnya.

Sejak insiden ini, ia mulai menakar kadar gula yang masuk ke tubuhnya hingga mulai mengonsumsi ramuan jus yang diracik dari campuran bahan bawang lanang, bawang bombay, dan jeruk nipis.

"11 siung bawang lanang, 2 bombay, 5 jeruk nipis (semua bagian masuk). Itu diblender semua. Rajin-rajin diminum sebelum dan sesudah makan. Bagus buat balikin fungsi pankreas," katanya lagi.

Selain itu, Ranya juga merekomendasikan penderita diabetes untuk meminum jus pare, yang bisa dikonsumsi setelah makan.

Selain mengonsumsi 'obat' racikan, Ranya juga rajin berolahraga dan menghindari tidur setelah makan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk membatasi asupan gula hingga kurang dari lima persen dari kebutuhan kalori harian dapat memberikan manfaat kesehatan untuk jangka panjang.

Ilustrasi Boba Milk (Unsplash @rosalindchang)
Ilustrasi Boba Milk (Unsplash @rosalindchang)

Dilansir dari Asia One, secangkir boba atau bubble tea 500ml mengandung sedikitnya 8,5 hingga 20,5 sendok teh gula, dengan rasa manis 100 persen.

Jumlah itu memiliki jumlah karbohidrat yang setara dengan lebih dari setengah mangkuk nasi.

Jadi, minuman ini memang dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah dan lonjakan insulin, yang meningkatkan risiko diabetes, atau memperburuk kontrol gula jika seseorang sudah menderita diabetes, terutama jika dilakukan sebagai kebiasaan jangka panjang.

"Minum bubble tea (diartikan sebagai boba) tidak akan menyebabkan diabetes secara langsung. Namun, kandungan gulanya dapat menimbulkan risiko tinggi. Tidak hanya diabetes, tetapi juga kekebalan yang rendah, penuaan yang dipercepat, dan kerusakan gigi," jelas dokter konsultan Dr Tan Wee Yong.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI