Suara.com - Dalam memeringati Bulan Autoimun, Sahabat Cempluk mengadakan acara melalui zoom untuk mempertemukan orang-orang penderita autoimun, Sabtu (26/9/2020).
Autoimun yang membuat sistem imun menyerang sel sehat ini bisa muncul dalam berbagai jenis penyakit.
Para pembicara berbagi cerita tentang pengalaman mereka menjadi penyintas Autoimun hingga akhirnya bisa berkarya dan bermanfaat bagi orang sekitar.
Salah satunya adalah Siti Mardiyah, seorang guru dari Surakarta yang menderita lupus. Selama menderita lupus, terkadang ia merasa mengalami brain fog atau tiba-tiba linglung dan kebingungan.
Baca Juga: Sulit Disembuhkan, Penyakit Autoimun Tetap Bisa Dikontrol Agar Tidak Parah
"Tahu-tahu tidak tahu apa-apa, saya mau pulang ke rumah cuma saya pas mau belok ke rumah saya tu bingung" kata Mardiyah.
Lupus sendiri merupakan penyakit autoimun di mana kekebalan tubuh seseorang kehilangan kemampuan untuk membedakan substansi asing dengan sel dan jaringan tubuh sendiri. Kondisi ini membuat sistem kekebalan tubuh menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh yang sehat.
Berbeda dengan Mardiyah, Nugroho Wibowo mengalami penyakit autoimun Myasthenia Gravis. Penyakit ini menyebabkan kelemahan otot dan gangguan saraf.
Hal ini yang sering kali membuat Wibowo mudah lelah, jatuh, hingga pandangan kabur. Apalagi ia juga tengah menderita kanker paru-paru stadium akhir. Namun, ia masih bisa bangkit mendirikan rumah makan bersama istrinya.
Selain Mardiyah dan Wibowo, penyintas autoimun lainnya adalah Yayuk Sukardan yang menderita Guillain-Barre Syndrome (GBS) dan Evelyne Margarethe yang mengalami Rheumatoid Arthritis.
Baca Juga: Dokter Ungkap Alasan Perempuan Lebih Rentan Penyakit Autoimun
Penyakit GBS merupakan gangguan sistem kekebalan tubuh yang menyerang saraf. Lemah dan kesemutan pada kaki menjadi gejala yang paling awal.
"Awalnya dokter enggak tahu penyakit saya, soalnya ini langka, 1 banding 100.000, bahkan kebanyakan yang kena laki-laki," ujar Yayuk yang sekarang masih aktif mengebangkan usaha perhiasan, Joglo Ayu Tenan.
Sementara itu, Evelyne yang sudah berumur 76 tahun juga masih aktif memasak untuk dapur Odai meski menderita Rheumatoid Arthritis.
Menurut pendiri Sahabat Cempluk, Ian Sofyan, acara ini diharapkan dapat memberikan semangat bagi para penyintas autoimun.
"Kami berharap dengan adanya Talk Talk Cempluk juga menjadi wadah silaturahmi bagi para penyintas autoimun, saling memberikan support, dan ada perubahan perilaku serta mental dari para peserta," ungkap Ian Sofyan, founder Sahabat Cempluk dalam rilis yang diterima Suara.com.
Sahabat Cempluk sendiri merupakan komunitas yang mendukung para penyintas lupus di Yogyakarta. Selain Sahabat Cempluk, acara ini menggandeng Yayasan Tittari yang juga merupakan support group penyintas Lupus.