Suara.com - Update Covid-19 global menunjukkan bahwa infeksi ini telah menelan korban meninggal dunia hingga 981.219 jiwa di dunia. Angka itu empat persen dari total kasus virus corona yang mencapai lebih dari 32 juta orang.
Data yang dihimpun dari worldometers per Kamis (24/9) pukul 01.15 GMT atau 08.15 WIB, tercatat penambahan kasus baru sebanyak 313.643 orang dalam 24 jam. Sedangkan pasien sembuh telah mencapai 23.668.981 orang dan korban meninggal dunia bertambah 6.289 jiwa dalam satu hari di dunia.
Angka kematian akibat Covid-19 paling banyak terjadi di Amerika Serikat. Dari total kasus infeksi lebih dari 7,1 juta orang, 206.585 jiwa di antaranya meninggal dunia. Memasuki masa transisi ke musim dingin, AS khawatir akan adanya lonjakan korban meninggal dunia. Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan (IHME) Universitas Washington bahkan memprediksi, dalam tiga bulan ke depan, 150.000 orang dapat kehilangan nyawa akibat Covid-19.
"Kami memasuki musim gugur dan memasuki musim dingin, dan itu berarti akan lebih banyak berada di dalam ruangan daripada di luar ruangan," kata Dr. Anthony Fauci pada Selasa (22/9) selama Festival Atlantik, dikutip dari CNN.
Baca Juga: Dokter Tirta: Tempat Hiburan Mahal Ngakalin Protokol Biar Dapet Duit
Setidaknya 22 negara bagian melaporkan peningkatan kasus baru, kebanyakan di pusat negara bagian dan Midwest. Jumlah itu melonjak sejak Senin (21/9) lalu, ketika hanya sembilan negara bagian yang melaporkan tren peningkatan kasus. Lalu Rabu (23/9) pagi, tujuh negara bagian melaporkan penurunan kasus baru, menurut data dari Universitas Johns Hopkins.
Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Dr. Robert Redfield menyampaikan bahwa 90 persen orang Amerika tetap rentan terinfeksi virus corona. "CDC sedang dalam proses studi sekuensial yang sangat besar di seluruh Amerika Serikat, mengukur serologi," kata Redfield kepada Komite Kesehatan Senat, Rabu (23/9).
"Hasil awal pada putaran pertama menunjukkan bahwa mayoritas bangsa kita, lebih dari 90 persen populasi, tetap rentan," lanjutnya.
Pada sidang Senat, Redfield juga menjelaskan mengapa dokumen yang diposting ke situs CDC, yang menjelaskan bagaimana penyebaran Covid-19, kemudian dihapus.
"Akan ada dokumen yang ditinjau secara teknis tentang masalah ini yang masuk situs web," kata Redfield.
Baca Juga: Pandemi Covid-19, Tujuh Ibu Hamil di Klaten Melahirkan Tanpa Bantuan Medis
"Tapi yang diposting pada Jumat tidak ditinjau secara teknis, dan sebagai akibatnya para ilmuwan di CDC menghapusnya, sampai dokumen tinjauan teknologi baru nanti dapat diposting," ucapnya.