Pada akhirnya, hasil ini menunjukkan sistem kekebalan dan otak berevolusi bersama, serta bahwa otak dan tubuh lebih terhubung daripada yang disadari kebanyakan orang.
"Perilaku kita sangat bergantung tidak hanya pada kondisi otak tetapi juga pada sistem kekebalan," kata penulis senior Jonathan Kipnis, profesor neurologi di Universitas Washington dan direktur Pusat Imunologi Otak dan Glia.
"Kita semua tahu bagaimana perasaan kita saat kita sakit. Ini adalah interaksi normal antara dua sistem ketika sistem kekebalan memberi sinyal pada otak untuk 'menarik diri' saat terinfeksi," sambungnya, dilansir Inverse.
Setelah menghadapi rangsangan tertentu, ada banyak "sinyal" yang dikirimkan sistem kekebalan ke otak untuk mengubah fungsinya, termasuk perilaku kita. Kedua sistem tersebut bergantung satu sama lain.
Sekarang tim sedang menyelidiki bagaimana semua ini terjadi pada manusia hingga bagaimana elemen-elemen ini berinteraksi serta dipengaruhi oleh peristiwa yang membuat stres dan perubahan perilaku merugikan.