Suara.com - Kebutuhan akan vaksin Covid-19 membuat penelitian vaksin rawan akan adanya kompromi.
Padahal, hal ini bisa meningkatkan risiko adanya bahaya dan keefektivan vaksin Covid-19
Dilansir Anadolu Agency, asosiasi farmasi di Singapura berkomitmen pada pendekatan yang mengutamakan sains dalam pengembangan vaksin Covid-19.
"Pengembangan vaksin secara tradisional merupakan tugas kompleks yang dapat memakan waktu selama 20 tahun," kata Ashish Pal, wakil presiden Asosiasi Industri Farmasi Singapura, kepada Channel News Asia.
Baca Juga: Tak Mau Transparan, Keamanan Vaksin Virus Corona AstraZeneca Diragukan
Ia mengatakan proses penelitian memakan waktu lama, karena biasanya terhalang aturan dan regulasi.
"Anda memiliki fase pra-penemuan yang dapat berlangsung selama dua hingga empat tahun. Uji pra-klinis dan klinis dapat memakan waktu antara lima dan 15 tahun dan itu tidak termasuk persetujuan regulasi dan manufaktur," kata dia.
Pal mengatakan perusahaan yang mengembangkan kandidat vaksin kini sedang mengerjakan banyak elemen dari proses pengembangan.
"Meskipun mendesak, penting untuk tidak berkompromi dengan keselamatan," kata Pal.
Sementara itu, Singapura mengumumkan 31 kasus baru Covid-19 pada Senin, sehingga total infeksi mencapai 57.607 kasus.
Baca Juga: Pakai Masker Saat Ini Lebih Efektif Cegah Covid-19, Sebut CDC
Sedangkan pada Senin dini hari, Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan 39 pasien pulih dari Covid-19 sehingga total mencapai 57.181.
Selain itu, otoritas Singapura menjelaskan tidak ada tambahan kematian.
Jumlah pasien meninggal dunia tetap 27 orang.