Suara.com - Sebanyak hampir 200.000 orang di Amerikat Serikat dilaporkan menjadi korban meninggal dunia akibat Covid-19. Tepatnya, sebanyak 199.373 orang, dengan total kasus infeksi sebanyak 6.825.228 kasus.
Dekan fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Brown, Dr. Ashish Jha, mengatakan peningkatan kasus meninggal dunia ini telah dikhawatirkan oleh para dokter selama beberapa pekan terakhir.
"Sayangnya, kita sedang memasuki musim gugur, ketika cuaca menjadi lebih dingin. Kita akan menghabiskan waktu di dalam ruangan," ujar Dr. Ashish seperti dilansir CNN International, Senin (21/09/2020).
Tercatat kematian karena Covid-19 terjadi di 31 negara bagian di AS mengalami peningkatan setidaknya 10 persen. Sementara, hanya empat negara bagian - Delaware, Hawaii, Louisiana, dan Michigan - yang mengalami penurunan lebih dari 10 persen. Sementara 15 negara bagian mencatat angka kematian dalam jumlah yang sama seperti pekan lalu.
Baca Juga: Kenapa Sih Pilkada Nggak Ditunda, Nggak Takut Covid-19? Ini Penjelasannya
Di antara negara bagian lain, Utah mencatat rekor kasus baru harian tertinggi, yakni 1.117 kasus. Akibatnya, Gubernur Utah Gary Herbert memperpanjang kondisi darurat Covid-19 hingga 20 Oktober mendatang.
Warga pun diminta untuk tetap tinggal di rumah, menjaga jarak ketika keluar rumah, dan selalu mentaati protokol kesehatan saat berada di tempat umum.
Baru-baru ini juga Presiden AS Donald Trump merespons angka kematian yang meningkat itu dengan melakukan persetujuan cepat dalam mengupayakan terealisasinya vaksin Covid-19 untuk melawan virus mematikan ini yang melanda dunia.
Trump mengisyaratkan vaksin pertama dapat lampu hijau pada Oktober mendatang. Tetapi, pejabat kesehatannya sendiri tak sependapat dengannya, karena memprediksi bahwa akhir tahun atau awal 2021 lebih masuk akal. Bahkan WHO telah menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 tidak akan ada sampai dengan 2022.
Baca Juga: UPDATE Kasus COVID-19 Kota Batam, Ada Tahanan dan Bayi Positif Corona