Kapan Penyakit Alzheimer Berkembang Bisa Diprediksi Lewat Kualitas Tidur

Senin, 21 September 2020 | 15:10 WIB
Kapan Penyakit Alzheimer Berkembang Bisa Diprediksi Lewat Kualitas Tidur
Tidur nyenyak/Shutterstock
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Alzheimer merupakan salah satu jenis demensia yang memengaruhi bagian otak sehingga membuat penderita sulit berkonsentrasi, kehilangan kemampuan kognitif dan lainnya. Karena itu, Hari Alzheimer Sedunia yang selalu diperingati setiap 21 September bisa menjadi pengingat semua orang akan pentingnya memahami risiko penyakit tersebut.

Penelitian baru dari University of California, Berkeley, menyarankan satu pertahanan untuk melawan masalah Alzheimer yang belum ada obatnya ini dengan tidur nyenyak, restoratif dan lainnya.

Matthew Walker dan Joseph Winer, ahli saraf UC Berkeley, telah menemukan cara untuk memperkirakan waktu seseorang berisiko terkena Alzheimer dengan tingkat akurasi tertentu.

Mereka menemukan bahwa tidur yang dialami semua orang itu bagaikan bola kristal. Cara tidur seseorang bisa membantu memprediksi kapan dan seberapa cepat Alzheimer berkembang di otak.

Baca Juga: Hari Alzheimer Sedunia, Minum Jus Buah Ini untuk Tindakan Pencegahan!

"Hal paling penting adalah ada sesuatu yang bisa kami lakukan untuk mengatasinya. Karena otak membersihkan atau menyegarkan bagiannya sendiri selama tidur nyenyak, sehingga kemungkinan ada kesempatan untuk memutar balik waktu dengan lebih banyak tidur," kata Walker, prosesor psikologi dan ilmu saraf UC Berkeley dikutip dari Medical Xpress.

Angka kematian akibat alzheimer di AS meningkat (Shutterstock)
Ilustrasi penderita alzheimer (Shutterstock)

Walker dan rekan peneliti lainnya telah berusaha mencocokan kualitas tidur malam dari 32 lansia yang sehat dengan penumpukan plak beracun (beta-amyloid) di otaknya.

Beta-amyloid adalah plak beracun yang menjadi pemicu awal berkembangnya Alzheimer. Plak ini bisa menghancurkan jalur memori dan fungsi otak lainnya. Kondisi ini telah menimpa lebih dari 40 juta orang di seluruh dunia.

Hasilnya, temuan mereka menunjukkan bahwa peserta yang mulai mengalami tidur lebih terfragmentasi dan tidur dalam gelombang lambat atau tidak terlalu cepat (non-REM) menunjukkan adanya peningkatan beta-amyloid selama penelitian.

Meskipun semua peserta tetap dalam kondisi sehat selama masa penelitian. Tapi, pertumbuhan beta amyloid mereka berkolerasi dengan kualitas tidur awal.

Baca Juga: Awas Diabetes Tipe 2, Cek Adakah Kulit Halus dan Mengkilat di Tubuh?

Para penelti pun memprediksi peningkatan plak beta-amyloid itulah yang menjadi tanda awal berkembangnya penyakit alzheimer.

"Daripada menunggu diagnosis bertahun-tahun yang akan datang. Kami bisa memprediksinya lebih awal dengan memperhatikan kualitas tidurnya dan melihat perubahan plak beta-amyloid di berbagai titik waktu," jelas Winer, penulis utama studi.

Dengan begitu, peneliti bisa mengukur seberapa cepat protein beracun ini terakumulasi di otak dari waktu ke waktu. Sehingga langkah ini bisa mengindikasikan awal penyakit Alzheimer.

Selain itu, temuan ini juga memperkuat bukti bahwa pola dan kualitas tidur seseorang sangat berkaitan dengan berbagai jenis penyakit, termasuk Alzheimer.

"Jika tidur nyenyak bisa memperlambat perkembangan penyakit, maka kita harus menjadikannya prioritas utama. Jika dokter mengetahui hubungan ini, maka mereka bisa menanyakan kualitas tidur pasiennya sebelum menawarkan pengobatan," jelas Winer.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI