Ingin Tak Mudah Lupa dan Terhindar dari Alzheimer, Ini Saran dari Dokter

Senin, 21 September 2020 | 14:10 WIB
Ingin Tak Mudah Lupa dan Terhindar dari Alzheimer, Ini Saran dari Dokter
Ilustrasi penyakit azheimer. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seiring bertambah tua usia seseorang, fungsi organ tubuh akan semakin menurun, termasuk otak. Gangguan fungsi otak terutama yang mengganggu sistem daya ingat terhadap lansia sering disebut juga demensia alzheimer

Dokter spesialis saraf dr. Yuda Turana Sp.S menyampaikan bahwa setiap orang memiliki faktor risiko mengalami demensia alzheimer saat berusia tua. Menurutnya, kondisi itu sebenarnya proses alami dari penuaan tubuh. 

Hanya saja, yang bisa dilakukan adalah memperlambat proses penuaan tersebut dan munculnya alzheimer.

"Salah satu penyakit yang mempercepat penuaan sel otak itu alzheimer. Yang kita bicarakan hari ini tidak bisa menyetop proses penuaan, apalagi menyembuhkan (alzheimer). Yang ada memperlambat proses penyakitnya dan mengurangi gejala," kata Yuda kepada suara.com, Minggu (20/9/2020).

Baca Juga: Hari Alzheimer Sedunia: Menuju Indonesia Ramah Demensia Ramah Lansia 2025

Meski begitu, tak ada salahnya untuk bercita-cita ingin tetap memiliki otak sehat dan produktif hingga usia lanjut. Namun, Yuda mengingatkan bahwa untuk mencapai hal itu diperlukan proses yang sangat panjang bahkan sejak awal kehidupan.

Ilustrasi perempuan dementia
Ilustrasi perempuan dementia alzheimer. (Shutterstock)

"Artinya, untuk bercita-cita memiliki otak sehat, produktif saat usia lanjut, tidak kena demensia sebenarnya satu proses panjang sejak usia balita. Usia hanya satu faktor utama. Siapa pun gak bisa kita stop usia bertambah. Jadi harus fokus menghindari faktor risiko negatif, memperbanyak faktor protektif," ucapnya. 

Gaya hidup sejak muda juga sangat mempengaruhi risiko alzheimer saat tua, lanjut Yuda. Kebiasaan merokok, minum alkohol, kurang tidur, kurang aktivitas fisik memakai narkoba, merupakan faktor risiko yang mempercepat gangguan otak dan menyebabkan alzheimer.

"Tingkat pendidikan juga, dalam konteks bukan formal tapi kalau otak tidak digunakan kognitif untuk aktivitas, tidak digunakan juga akan menurun," ujarnya.

Baca Juga: Hari Alzheimer Sedunia, Ketahui Bedanya dengan Demensia dan Pikun

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI