Terus Bertambah, Kemenkes: Lansia Pengidap Alzheimer Capai 1,2 Juta Jiwa

Minggu, 20 September 2020 | 17:25 WIB
Terus Bertambah, Kemenkes: Lansia Pengidap Alzheimer Capai 1,2 Juta Jiwa
Ilustrasi Alzheimer. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Demensia alzheimer atau gangguan mengingat jadi salah satu masalah kesehatan yang mengancam orang lanjut usia. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pengidapnya kemungkinan besar akan terus bertambah.

"Prevalensi pada 2016 (penderita Alzheimer) mencapai 1,2 juta jiwa dan akan terus meningkat hingga 1,9 juta jiwa sampai 2030 dan hampir 4 juta jiwa di tahun 2050," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kemenkes dr. Siti Khalimah, Sp.Kj., MARS saat membuka webinar festival Bulan Alzheimer Sedunia, Minggu (20/9/2020).

Ia menyampaikan bahwa indikator keberhasilan pembangunan kesehatan nasional di Indonesia ditandai dengan tiga hal, yakni, penurunan angka kesakitan, penurunan angka kematian dan peningkatan harapan usia hidup. 

Meski demikian, faktor meningkatnya harapan usia hidup juga menimbulkan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia. Kondisi itu tentunya akan menimbulkan tantangan baru bagi Kemenkes, kata Siti.

Baca Juga: Stroke Bisa Picu Pikun Pada Alzheimer? Ini Kata Dokter Saraf

Ilustrasi perempuan dementia
Ilustrasi perempuan dementia. (Shutterstock)

"Tantangan bagi kita bagaimana mereka bisa menjalani hidup berkualitas, mandiri, dan berbahagia. Semakin panjang harapan usia hidup dan semakin sehat maka akan semakin minimal kebutuhan perawatan lansia di rumah sakit. Karena itu menjaga kesehatan lansia sangat penting," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum pengurus pusat Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) dr. Dodik Tugasworo Sp.S (K) mengatakan bahwa di Indonesia kebanyakan alzheimer memang dialami lansia. Tetapi seiring waktu, tanda-tanda alzheimer bisa dirasakan sejak usia produktif.

"Ini bukan kondisi normal. Demensia alzheimer ini memberikan dampak psikologis, sosial, dan beban ekonomi. Tidak hanya bagi penderita, keluarga, dan lingkungan tapi juga bangsa dan negara. Karena mereka masih usia produktif, bisa terkena demensia," kata Dodik.

Menurut Dodik, gangguan mengingat atau pikun masih dianggap hal biasa apalagi jika dialami lansia. Stigma itu yang seharusnya dihilangkan dari masyarakat karena bisa mempengaruhi pada diagnosis juga pengobatan pasien alzheimer.

"Kurangnya kesadaran dari kita dan pemahaman demensia alzheimer akan menimbulkan stigmatisasi dalam perawatan dan diagnosis. Oleh karena itu edukasi terhadap masyarakat dan tenaga medis sangat penting," ucapnya.

Baca Juga: Sering Tertukar, Ini Beda Lupa Normal dan Akibat Alzheimer

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI