Inggris Laporkan Kenaikan Kasus COVID-19 Hingga 167 Persen!

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 18 September 2020 | 11:04 WIB
Inggris Laporkan Kenaikan Kasus COVID-19 Hingga 167 Persen!
Virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Inggris mengalami kenaikan kasus virus Corona COVID-19 dalam jumlah sangat besar, hingga 167 persen.

Berdasarkan skema Pengujian dan Pelacakan dari Layanan Kesehatan Nasional (NHS), ditemukan kenaikan terjadi karena masyarakat mengalami kesulitan dalam memperoleh akses uji deteksi virus corona dan penundaan dalam menerima hasilnya.

Skema Pengujian dan Pelacakan NHS menyebut bahwa waktu penyelesaian untuk tes langsung perseorangan menjadi lebih lama dibandingkan dengan pekan sebelumnya, waktu penyelesaian untuk tes di rumah juga meningkat.

Menurut skema itu pula, kasus positif naik sejak awal Juli dan kini menjadi dua kali lipat dibandingkan catatan angka ketika program Pengujian dan Pelacakan diluncurkan pada Mei lalu.

Baca Juga: Dokter Inggris Bikin Tes yang Bisa Deteksi Pola Makan Sehat bagi Tubuh

Sebanyak 82,6 persen dari 15.526 orang yang masuk ke sistem Pengujian dan Pelacakan telah dijangkau dan diminta untuk memberikan informasi mengenai riwayat kontak mereka.

Dari sana, 61.790 orang diidentifikasi sebagai kontak dekat dengan pasien COVID-19.

Setelah tersedia rincian komunikasi, sebanyak 83,9 persen berhasil dijangkau, dan dari semua kontak yang diidentifikasi, sebanyak 73,9 persen telah berhasil dijangkau.

Inggris Lanjutkan Uji Coba Vaksin Covid-19

Uji coba kandidat vaksin Covid-19 buatan Oxford University dan AstraZeneca di Inggris tetap kembali dilanjutkan, meski seorang relawan mengalami efek samping radang sumsum tulang belakang.

Baca Juga: Selamat Ulang Tahun! 7 Fakta Menarik Seputar Pangeran Harry dari Inggris

Tapi tidak dengan Amerika Serikat yang tetap menangguhkan uji coba yang juga dilakukan di negara adikuasa itu. Sebelum melanjutkan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) akan lebih dulu menyelidiki secara independen bersama dengan National Institutes of Health (NIH).

Hingga Selasa, 15 September 2020 Komisari FDA Stephen Hahn mengatakan bahwa persidangan vaksin AstraZeneca masih ditangguhkan di AS.

"Para petinggi NIH sangat khawatir," ujar Dr. Avindra Nath, Direktur Klinis Institut Nasional Gangguan Neurologis dan Stroke NI, dikutip Daily Mail, Rabu (16/9/2020).

"Harapan semua orang ada pada vaksin, dan jika hasilnya mengalami komplikasi besar, semuanya bisa gagal," sambungnya.

Meski tidak jelas mengapa reaksi terjadi, tapi Nath dan para ahli saraf lainnya yakin jika pasien tersebut terdiagnosis myelitis transversal, radang pada bagian sumsum tulang belakang.

Penyakit ini merusak selubung mielin, yang mengisolasi protein lemak pelindung saraf. Efek samping ini membuat terganggunya sinyal yang dikirimkan saraf sumsum tulkang belakang.

Efek ini menimbulkan rasa sakit, lemas, sensasi tidak normal, gangguan kandung kemih dan usus, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan permanen.

Mielitis tranvera sendiri bisa disebabkan beberapa kondisi tertentu termasuk infeksi seperti influenza dan gangguan sistem kekebalan tubuh. Di AS penyakit ini menyerang 1.400 orang setiap tahunnya dan masuk gangguan penyakit langka.

"Ya, secara teori memang vaksin menyebabkan respon imun yang menyimpang dan menyebabkan myelitius transversal. Dewan keamanan data penting untuk memantau dan menyelidikinya," ungkap Dr. William Schaffner, Profesor Pengobatan Pencegahan dan Penyakit Menular Vanderbilt University Medical Center, Nashville

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI