Suara.com - Jepang mencatatkan rekor dengan populasi centenarian alias orang berusia 100 tahun ke atas paling banyak di dunia.
Dilandsir Anadolu Agency, jumlah populasi berusia 100 tahun ke atas di Jepang menembus angka 80.000 untuk pertama kalinya.
Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan, jumlah centenarian bertambah 9.176 dari tahun sebelumnya menjadi 80.450, dengan perempuan menyumbang 88,2 persen dari total.
Prefektur Shimane di Jepang barat memiliki jumlah centenarian tertinggi per 100.000 orang selama delapan tahun berturut-turut dengan 127,60, diikuti oleh Kochi dan Tottori dengan masing-masing 119,77 dan 109,89.
Baca Juga: Menang di Parlemen, Yoshihide Suga Resmi jadi Perdana Menteri Jepang
Angka harapan hidup rata-rata Jepang adalah 87,45 untuk perempuan dan 81,41 untuk pria pada 2019, keduanya merupakan rekor tertinggi menurut data Kementerian Kesehatan yang dirilis pada Juli 2020.
Kane Tanaka, 117 tahun dari Fukuoka, adalah perempuan Jepang tertua.
Rekor Dunia Guinness menobatkan Tanaka sebagai orang tertua yang masih hidup di dunia.
Survei populasi centenarian dimulai pada 1963 dan jumlah mereka terus meningkat selama 50 tahun terakhir.
Cara Menjaga Kesehatan Lansia
Baca Juga: Jepang Siapkan Protokol Baru jika Ketemu UFO
Di masa pandemi Covid-19 lansia jadi orang yang berisiko mengalami gejala berat, jadi kaum muda harus bantu menjaganya dengan mengedukasi mereka terkait kesehatan.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Geriatr, Dr. dr. Purwita Wijaya Laksmi, Sp.PD-KGer memberikan tipsnya, seperti apa?
1. Jaga jarak
Salah satu protokol kesehatan karena penularan Covid-19 melalui droplet, maka jaga jarak 1 meter jadi satu keharusan.
Dr. Purwita juga minta lansia menghindari bersalaman, jauhi orang sakit, anggota keluarga yang keluar rumah pastikan membersihkan diri sesampai di rumah.
"Misalnya tidak duduk atau menyentuh barang barang di rumah sebelum mandi dan keramas, mencuci pakaian yang digunakan di luar rumah pada kesempatan pertama, dan sebagainya, senantiasa menjaga jarak, dan tetap menggunakan masker meskipun berada di rumah," papar Dr. Purwita melalui rilisnya kepada suara.com, Selasa (8/9/2020).
2. Jaga kebersihan
Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan rajin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizier, kini harus selalu dilakukan.
Tetap rutin minum obat sesuai anjuran dokter dan berjemur di sinar matahari pagi.
"Setiap kali pendamping lansia akan membantu lansia melakukan aktivitas hidup sehari-hari, misalnya makan, mandi, berhias, berpakaian, dan berpindah, ia harus menggunakan masker dan cuci tangan terlebih dahulu. Sebaiknya pendamping tersebut tetap menjaga jarak ama," ungkap dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah, Bintaro Jaya itu.
3. Jaga kontak sosial
Jika tidak memungkinkan jaga jarak, maka sebaiknya menghindar dari kerumunan atau perkumpulan dan kegiatan sosial.
Jika perlu berkomunikasi melalui gadget, komunikasi secara virtual kini sudah bisa dilakukan.
"Seperti menonton wayang orang dan traveling secara virtual. Hindari kunjungan tamu ke rumah, namun jika terpaksa harus berkunjung diwajibkan untuk menggunakan masker, menjaga kebersihan pribadi, dan tetap menjaga jarak," katanya.
4. Jaga emosi
Sangat penting agar dalam kondisi prihatin ini kita tetap optimis dan mengantisipasi atas segala kemungkinan di masa depan.
Anjurkan atau dampingi lansia untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan di rumah.
5. Jaga spiritual dan ibadah
Lansia tetap melaksanakan ibadah sesuai dengan kepercayaan yang dianut di rumah.
Kegiatan keagamaan seperti mengikuti ceramah agama, mengaji, kebaktian, dan lain-lain tetap dapat diikuti secara virtual.
"Menjaga ibadah akan memberikan dampak positif bagi ketenangan jiwa. Pendekatan spiritual membuat kita tetap bersyukur dengan kondisi apapun dan yakin bahwa selalu ada hikmah di balik setiap masalah," ungkapnya.