Suara.com - Sebuah penelitian mengungkapkan orang yang sarkastik lebih mungkin meninggal dunia di usia muda. Sebab, para ahli menemukan pasien serangan jantung dengan sikap sarkastik memiliki kelangsungan hidup pendek.
Risiko kematian dini mereka melonjak sebesar 52 persen pada setiap tes "permusuhan" yang mengukur tingkat sarkasme, kebencian dan perasaan mudah tersinggung.
Dalam studi, ilmuwan Amerika Serikat telah mengikuti lebih dari 2.300 pasien serangan jantung selama 2 tahun. Studi yang diterbitkan dalam European Journal of Cardiovascular Nursing, telah mengamati 2.321 pasien dengan usia rata-rata 67 tahun.
Mereka menemukan pasien yang lebih tua dan memiliki riwayat masalah jantung juga lebih mungkin meninggal lebih cepat. Lebih dari separuh responden tersebut mendapat nilai tinggi karena memiliki sikap suka bermusuhan.
Baca Juga: Studi: Rasa Kesepian Bisa Berisiko Timbulkan Diabetes Tipe 2
Para ahli mengatakan hal ini perlu menjadi peringatan bagi petugas medis bahwa beberapa pasien berisiko tinggi meninggal dunia.
"Permusuhan adalah ciri kepribadian yang mencakup sarkastik, sinis, kesal, tidak sabar atau mudah tersinggung. Ini bukan hanya kejadian satu kali, tapi menjadi ciri bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain," ujar peneliti utama Dr Tracey Vitori dari University of Tennessee dikutip dari The Sun.
Menurut Dr Vitori, mengendalikan kebiasaan gaya hidup meningkatkan prospek pasien serangan jantung. Ia dan timnya pun menunjukkan bahwa memperbaiki perilaku yang bermusuhan atau sarkastik bisa menjadi langkah positif.
"Ada banyak hal yang bisa dilakukan pasien jantung untuk mengontrol kesehatannya sendiri. Dari segi fisik, seperti berhenti merokok, meningkatkan aktivitas fisik dan mengonsumsi makanan seimbang. Studi kami juga menunjukkan bahwa mengelola perilaku sarkastik mungkin bisa jadi bagian penting," jelas Dr Vitori.
Philippa Hobson, Senior Cardiac Nurse di British Heart Foundation, mengatakan serangan jantung adalah peristiwa yang mengubah hidup dan perasaan mudah marah.
Baca Juga: Vaksin Virus Corona Buatan China Diklaim Siap Untuk Umum November Mendatang
Sebuah studi telah menyoroti proses seseorang memiliki karakteristik mudah tersinggung setelah serangan jantung dan cenderung hidup lebih lama.
"Kami tahu bahwa banyak orang mengatasi emosi negatifnya dengan beralih ke perilaku yang tidak sehat. Hal itu meningkatkan risiko penyakit jantung, seperti merokok, minum terlalu banyak alkohol dan mengonsumsi junk food," ujarnya.
Karena itu, tak diragukan lagi kalau mengelola stres dan emosi lebih tenang akan berdampak positif pada kehidupan Anda. Anda bisa memulainya dengan aktivitas berjalan-jalan atau mencari udara segar.
Prof Sian Harding, Profesor Farmakologi Jantung, Imperial College London, mengatakan temuan ini menambah pengetahuan yang menghubungkan emosi kuat dengan risiko penyakit jantung.