Hindari Pakai Masker Scuba & Buff, Ilmuwan Duke University Ungkap Alasannya

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Kamis, 17 September 2020 | 08:15 WIB
Hindari Pakai Masker Scuba & Buff, Ilmuwan Duke University Ungkap Alasannya
Dua penumpang memakai masker scuba saat tertidur di dalam kereta KRL yang berhenti Stasiun Manggarai, Jakarta, Selasa (15/9/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT KAI Commuter Indonesia (KCI) belakangan melakukan sosialisasi pada pengguna KRL untuk menghindari pemakaian masker buff dan masker scuba.

"Hindari pemakaian masker scuba atau buff yang hanya 5% efektif dalam mencegah risiko terpaparnya akan debu, virus, dan bakteri," tulis akun IG @commuterline pada salah satu postingannya.

Seperti yang diketahui, selalu memakai masker dapat membantu mengurangi penularan Covid-19. Namun perlu dipahami bahwa tidak semua jenis masker sama bagusnya dalam memblokir tetesan virus saat kita batuk, bersin, berbicara atau bahkan sekadar bernapas, seperti contohnya masker scuba dan buff.

Dilansir dari Science Alert, para ilmuwan di Duke University melakukan eksperimen yang membandingkan 14 jenis masker dan penutup wajah dalam keefektifannya mencegah penularan Covid-19.

Baca Juga: Update Covid-19: Jateng Bertahan di Posisi Kedua dengan 282 Kasus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masker N95 memblokir sebagian besar tetesan pernapasan yang dilepaskan oleh orang yang berbicara, diikuti oleh masker bedah, kemudian masker yang dibuat dengan polipropilen.

Namun dalam hal menghalangi tetesan, bahan buff dan masker scuba adalah yang paling buruk dari sekian masker yang diuji. Lapisannya yang tipis serta kualitas bahannya justru dapat membahayakan.

Calon penumpang kereta KRL memakai masker scuba melintas di kawasan Stasiun Manggarai, Jakarta, Selasa (15/9/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Calon penumpang kereta KRL memakai masker scuba melintas di kawasan Stasiun Manggarai, Jakarta, Selasa (15/9/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

"Kami mengamati bahwa jumlah tetesan meningkat saat orang menggunakan buff. Kami yakin bahwa bahannya akan memecah tetesan besar yang dipancarkan selama berbicara menjadi beberapa tetesan yang lebih kecil. Hal ini dapat membuat pemakaian buff menjadi kontraproduktif, karena tetesan yang lebih kecil lebih mudah terbawa arus udara dan membahayakan orang di sekitar," kata Martin Fischer, pemimpin dan spesialis pencitraan molekuler dari Duke University seperti dikutip dari Science Alert.

Jadi alih-alih memakai masker scuba atau buff, sebaiknya pilih masker bedah atau masker kain beberapa lapis.

WHO sendiri merekomendasikan masker kain memiliki tiga lapisan, yakni lapisan dalam yang menyerap, lapisan tengah yang menyaring, dan lapisan luar yang terbuat dari bahan non-penyerap seperti poliester.

Baca Juga: CDC: Sebelum Sakit, Orang dengan Covid-19 Cenderung Makan di Restoran

Sebuah studi Universitas Illinois menemukan bahwa tiga lapis kain sutra atau kaus katun 100 persen mungkin sama protektifnya dengan masker kelas medis. Sutra khususnya memiliki sifat elektrostatis yang dapat membantu menjebak partikel virus yang lebih kecil.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI