Stroke Bisa Picu Pikun Pada Alzheimer? Ini Kata Dokter Saraf

Rabu, 16 September 2020 | 12:27 WIB
Stroke Bisa Picu Pikun Pada Alzheimer? Ini Kata Dokter Saraf
Ilustrasi stroke. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seolah hal lumrah, semakin tua seseorang, maka akan semakin banyak penyakit yang mendatanginya, termasuk stroke, kondisi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang. Tapi, benarkah stroke bisa memicu pikun pada penderita alzheimer

Stroke sendiri terjadi karena sumbatan pembuluh darah arteri yang membawa oksigen ke otak menyempit atau terhambat, dikenal juga dengan stroke iskemik, yang membuat oksigen di otak berkurang drastis dan menyebabkan gangguan fungsi tubuh.

Beberapa jenis stroke, seperti stroke hemoragik yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah dan menyebabkan pendarahan yang merusak sel otak, dianggap bisa memicu pikun pada alzheimer.

Ketua Studi Neurobehavior Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSS) dr. Astuti, Sp.S(K) mengatakan stroke belum tentu memicu alzheimer, namun pada penanganan stroke, biasanya memiliki golden hour atau periode emas untuk segera diobati.

Baca Juga: Tidur Malam Nyenyak Bisa Cegah Demensia, Begini Hubungannya

"Begitu stroke, kita punya golden hour, misalnya 3 hingga 4 jam, sumbatan segera di bawa ke rumah sakit ditangani, dapat penanganan yang tepat, strokenya bisa sembuh," ujar dr. Astuti dalam diskusi secara daring beberapa waktu lalu.

Golden hour inilah yang menentukan rusak tidaknya otak akibat stroke, lalu berdampak pada terganggunya kemampuan kognitif atau memori ingatan seseorang, baik itu demensia maupun alzheimer.

"Faktor risiko penyebab strokenya, pasca stroke itu dikendalikan dengan bagus, terkontrol, dia tidak akan demensia, tergantung perawatannya," paparnya.

Dokter saraf yang berpraktik di RS JIH Yogyakarta ini mengakui jika stroke tidak tertangani dengan benar, maka bisa merusak otak bagian dalam yang berhubungan dengan emosi dan perilaku seseorang.

"Bawa segera ke dokter spesialis saraf untuk dievaluasi, itu ada penanganannya selain obat, bagaimana simulasinya silahkan dibawa ke ahli saraf," tutupnya.

Baca Juga: 10 Gejala Alzheimer yang Patut Diwaspadai

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI