Inggris Lanjut Uji Coba Vaksin Covid-19 Oxford Universty, AS Masih Menunda

Rabu, 16 September 2020 | 08:59 WIB
Inggris Lanjut Uji Coba Vaksin Covid-19 Oxford Universty, AS Masih Menunda
Ilustrasi vaksin COVID-19. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Uji coba kandidat vaksin Covid-19 buatan Oxford University dan AstraZeneca di Inggris kembali dilanjutkan, setelah sebelumnya dihentikan setelah seorang relawan mengalami efek samping radang sumsum tulang belakang.

Namun berbeda dengan Inggris, Amerika Serikat yang juga tengah melakukan uji coba terhadap vaksin tersebut memutuskan untuk tetap menangguhkan uji coba. Dikatakan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) akan lebih dulu menyelidiki secara independen bersama dengan National Institutes of Health (NIH).

Hingga Selasa, 15 September 2020, Komisaris FDA Stephen Hahn mengatakan bahwa persidangan vaksin AstraZeneca masih ditangguhkan di AS.

"Para petinggi NIH sangat khawatir," ujar Dr. Avindra Nath, Direktur Klinis Institut Nasional Gangguan Neurologis dan Stroke NI, dikutip Daily Mail, Rabu (16/9/2020).

Baca Juga: Tolak Vaksin Barat, Filipina Akan Gunakan Vaksin Rusia dan China

"Harapan semua orang ada pada vaksin, dan jika hasilnya mengalami komplikasi besar, semuanya bisa gagal," sambungnya.

Meski tidak jelas mengapa reaksi terjadi, tapi Nath dan para ahli saraf lainnya yakin jika pasien tersebut terdiagnosis myelitis transversal, radang pada bagian sumsum tulang belakang.

Penyakit ini merusak selubung mielin, yang mengisolasi protein lemak pelindung saraf. Efek samping ini membuat terganggunya sinyal yang dikirimkan saraf sumsum tulang belakang.

Efek ini menimbulkan rasa sakit, lemas, sensasi tidak normal, gangguan kandung kemih dan usus, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan permanen.

Mielitis transvera sendiri bisa disebabkan beberapa kondisi tertentu termasuk infeksi seperti influenza dan gangguan sistem kekebalan tubuh. Di AS penyakit ini menyerang 1.400 orang setiap tahunnya dan masuk gangguan penyakit langka.

Baca Juga: Update Covid-19 Global: China Tidak Akan Lakukan Vaksinasi Skala Besar

"Ya, secara teori memang vaksin menyebabkan respons imun yang menyimpang dan menyebabkan myelitius transversal. Dewan keamanan data penting untuk memantau dan menyelidikinya," ungkap Dr. William Schaffner, Profesor Pengobatan Pencegahan dan Penyakit Menular Vanderbilt University Medical Center, Nashville.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI