Pandemi Virus Corona Perburuk OCD Pada Anak, Ketahui Sebabnya!

Selasa, 15 September 2020 | 16:42 WIB
Pandemi Virus Corona Perburuk OCD Pada Anak, Ketahui Sebabnya!
Ilustrasi anak-anak. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi virus corona Covid-19 tidak hanya menyulitkan orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Apalagi kondisi ini menekan mereka yang harus tinggal di rumah sepanjang hari, belajar dari jarak jauh dan tidak bisa beraktivitas sosial secara normal.

Kondisi seperti itu bisa memperburuk gejala Obsessive Compulsive Disorder (OCD) pada anak-anak, termasuk kelompok anak-anak yang sebelumnya tidak takut kuman.

"Ritual dan obsesi mereka menjadi lebih buruk karena kesehatan mentalnya yang semakin buruk," ujar Suzan Song, direktur Divisi Psikiatri Anak/Remaja & Keluarga di Universitas George Washington dikutip dari The Washington Post.

Ketakutan akan kontaminasi dan penyakit ini sangat umum di antara orang yang menderita OCD. Tapi, Joseph McGuire, asisten profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Johns Hopkins Medicine mengatakan biasanya kekhawatiran mereka tidak sejalan dengan ancamannya.

Baca Juga: Waspada! Kasus Suspek Covid-19 di Indonesia Kini Nyaris Sentuh 100 Ribu

Ia juga melihat gejala virus corona Covid-19 muncul kembali pada banyak pasien ang mendapat perawatan medis di masa lalu dan membutuhkan penyegaran.

Obsessive Compulsive Disorder (OCD), masalah kejiwaan yang muncul di video games Picturesque. (Shutterstock)
Obsessive Compulsive Disorder (OCD), masalah kejiwaan yang muncul di video games Picturesque. (Shutterstock)

"Di dunia pasca Covid-19 ini, Anda mendengar banyak dari media dan para ilmuwan mengatakan ini adalah ketakutan yang nyata," jelasnya.

Hal itu yang memberikan validitas pada pikiran obsesif yang mengganggu telah muncul di kepala Anda selama beberapa waktu.

Anak-anak dengan OCD cenderung memiliki pemikiran yang kaku ketika berbicara tentang normal kebersihan baru di tengah pandemi virus corona.

Song mengatakan beberapa pasien OCD mengaku kecemasannya berkurang ketika awal pandemi virus corona. Karena, lebih banyak orang di dunia mengenali ancaman tersebut.

Baca Juga: Virus Corona Bisa Memengaruhi Otak, Begini Gejala dan Proses Terjadinya!

"Saya tahu bahwa orang lain menanganinya. Jadi, bebannya bukan pada saya," ujarnya.

Tapi setelah tiga bulan, tingkat kecemasan dan depresi pasien OCD justru meningkat dengan aturan kehidupan baru di tengah pandemi virus corona Covid-19.

Sebelumnya, tanda-tanda OCD ini biasanya muncul di masa kanak-kanak, antara usia 8 hingga 12 tahun. Menurut International OCD Foundation, gejala OCD ini biasanya akan bertahan hingga masa dewasa.

Song lantas mengambil pendekatan untuk terapi eksposur dan pencegahan respons dengan menganalisis berbagai langkah ritual OCD anak dan seberapa menyusahkan kondisinya sekarang.

Pasien OCD merasa paling nyaman ketika membenahi ritualnya agar lebih tenang dan tidak stres menghadapi pandemi virus corona. Karena, hal itulah yang memperburuk OCD-nya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI