Suara.com - Filipina kembali melaporkan kenaikan jumlah kasus dan kematian karena virus Corona Covid-19.
Laporan dari Kementerian Kesehatan menyebut, 60 persen kematian terjadi di daerah Metro Manila, sebutan untuk kota Manila dan distrik pusat pemerintahan.
Dilansir Anadolu Agency, Filipina mengumumkan 4.699 kasus baru Covid-19 pada sehingga total infeksi menjadi 265.888, tertinggi di Asia Tenggara.
Departemen Kesehatan Filipina menguraikan 32 persen atau 1.498 kasus itu berasal dari Metro Manila.
Baca Juga: Kasus Covid-19 di Filipina dan Singapura Belum Tunjukkan Tanda Penurunan
Disusul kemudian oleh Cavite (221), Bataan (198), Bulacan (185) dan Batangas (176).
Filipina juga mencatat 249 pasien pulih dari Covid-19, sehingga total kepulihan menjadi 207.504.
Sementara 259 nyawa melayang karena Covid-19, sehingga total kematian bertambah menjadi 4.630.
Rinciannya, 28 kematian terjadi pada September, 110 di Agustus, 97 pada Juli dan 22 di Juni.
Hampir 60 persen kematian itu berasal dari Metro Manila, sedang 21 persen lainnya dari Central Visyas.
Baca Juga: Ampuni Tentara AS Pembunuh Transgender Filipina, Rodrigo Duterte Dikritik
Dengan begitu, jumlah infeksi aktif mencapai 53.754.
Hingga hari ini, Filipina telah menggelar uji diagnostik terhadap 2,921 juta orang.
Update Covid-19 Global
Data dari situs worldometers.info ada penambahan kasus baru sebanyak 239.358 orang baru terinfeksi virus corona di dunia dalam satu hari pada Senin (14/9). Sehingga total seluruh kasus Covid-19 mencapai 29.432.377 orang tersebar di 215 negara, angka per Selasa (15/9) pukul 08.35 WIB.
Lebih dari 21,2 juta orang telah dinyatakan sembuh dari infeksi SARS COV-2 itu, sementara angka kematian mencapai 4 persen dari kasus atau ada 932.363 jiwa.
Vaksin diharapkan bisa menjadi jalan keluar dalam menekan pandemi. Meski begitu, sebagai tempat pertama virus Covid-19 muncul, China tidak berencana lakukan vaksinasi besar-besaran.
Menurut pejabat kesehatan di China, penularan infeksi virus corona telah efektif dikendalikan pada epidemi domestik. Karenanya vaksinasi dengan skala besar tidak diperlukan.
"Ini tentang keseimbangan risiko dan manfaat. Sejak gelombang pertama epidemi baru di Wuhan, China telah beberapa kalj selamat dari dampaknya," kata Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China, Gao Fu, sebagaimana dilaporkan China News Service.