Dokter Saraf: Pikun Pada Lansia Bukan Hal yang Normal

Senin, 14 September 2020 | 18:46 WIB
Dokter Saraf: Pikun Pada Lansia Bukan Hal yang Normal
Orang tua, pikun (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pikun yang terjadi pada orang lanjut usia atau lansia kerap dianggap wajar dan lumrah.

Padahal menurut Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PP PERDOSSI) DR. dr. Dodik Tugasworo P, SpS(K) pikun bukan kondisi alami atau normal dan merupakan sebuah tanda adanya masalah.

"Kepikunan biasanya dialami lansia, kondisi ini bukan hal yang normal, tetapi kadang pikun ini tidak hanya dijumpai pada usia lanjut tapi juga usia yang belum lanjut atau usia produktif," ujar Dodik dalam acara webinar, Senin (14/9/2020).

Adapun gejala pikun atau yang dikenal juga sebagai alzheimer, umumnya seperti sering hilang ingatan, sulit melakukan kegiatan harian, sering bingung, sulit menentukan kata dan angka, dan sering berubah suasana hati atau perilaku.

Baca Juga: Bikin Baper Para Jomblo, Kakek-Nenek Menikah di Sidrap

Meski terjadi di usia lanjut, pikun tetap harus dicari tahu penyebabnya. Apakah hanya kondisi lupa biasa atau memang menderita alzheimer. Ini, kata Dodik, sangat penting mengingat pikun bisa berdampak luas dari sisi ekonomi, psikososial, hingga menjadi beban negara.

"Biasanya diawali keluarganya dulu baru ke masyarakat, dan akhirnya pada Bangsa, karena kadang diderita juga pada orang yang masih produktif," ungkap dr. Dodik.

Ia juga mengungkap data estimasi jumlah penderita alzheimer pada 2013 mencapai 1 juta orang dan bisa meningkat dua kali lipat pada 2030 mendatang. Dodik bahkan menyinggung bagaimana penderita pikun diprediksi semakin meningkat dari tahun ke tahun.

"Jadi estimasi ada empat juta orang penderita alzheimer pada 2050. Insiden ini bukannya menurun. Ini karena semakin banyak lansia, harapan hidup meningkat, dan tentu pikun dan alzheimer makin meningkat," tuturnya.

Ia mengatakan bahwa kondisi tersebut bukan hanya tugas dokter yang bertanggung jawab untuk menurunkan angka penderita alzheimer, tapi juga perlu peran serta masyarakat dan stakeholder untuk bisa mendeteksi alzheimer secara dini dengan e-Memory Screening (EMS).

Baca Juga: Kisah Haru, 30 Tahun Hidup di Tenda, Mbah Sriah Tidak Mau Pindah

"Harapannya secara berkesinambungan masyarakat bisa deteksi secara dini adanya kepikunan alzheimer ini," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI