Suara.com - Sebuah studi menemukan bahwa siswa sekolah dasar di China mengalami gejala depresi dan melakukan lebih banyak upaya bunuh diri setelah diharuskan sekolah di rumah karena pandemi virus corona.
Ketika wabah virus corona melanda China awal Januari, Kementerian Pendidikan setempat menunda dimulainya semester musim semi hingga akhir April.
Penutupan sekolah ini memisahkan anak-anak dari teman-teman dan lingkungan sosialnya, dan tampaknya, ini berdampak pada kesejahteraan mental mereka, kata peneliti.
Studi yang diterbitkan Jumat (11/9/2020) di JAMA Network Open ini membandingkan laporan masalah kesehatan mental sejak November 2019, sebelum pandemi dimulai, hingga pertengahan Mei 2020, dua minggu memasuki semester musim semi baru ketika sekolah dibuka kembali.
Baca Juga: CDC: Anak-anak Bisa Menularkan Virus Corona ke Orang Dewasa Lainnya
Peneliti dari Universitas Kedokteran Anhui mendapatkan hasil survei untuk 1.241 siswa yang duduk di kelas empat hingga 8 SMP. Peserta studi tinggal di Chizhou, Provinsi Anhui, daerah yang tidak memiliki banyak kasus Covid-19.
CNN melaporkan, peneliti mencatat hasilnya, yaitu hampir 25 persen siswa melaporkan gejala depresi pada Mei, sementara hanya sekitar 19 persen pada November.
Upaya bunuh diri lebih dari dua kali lipat, ada 6,4 persen pada Mei dibandingkan dengan tiga persen di bulan November.
Para peneliti berharap para pemimpin sekolah akan menggunakan studi ini untuk mempersiapkan layanan kesehatan mental yang diperlukan untuk membantu anak-anak saat mereka kembali ke sekolah setelah penguncian atau lockdown.
Hasil studi ini juga konsisten dengan penelitian lain yang menemukan bahwa isolasi sosial yang dipaksaka dapat menyebabkan tantangan kesehatan mental bagi anak-anak.
Baca Juga: Ssst, Bicara Terlalu Keras Berisiko Tinggi Tularkan Virus Corona