Suara.com - Hingga kini kasus virus corona di Indonesia masih terus bertambah. Per 11 September 2020, terdapat penambahan 3.737 kasus baru sehingga total kasus menjadi 210.940.
Tingkat kematian di Indonesia hingga kini juga relatif tinggi. Peneliti Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Nuri Ikawati menilai, dengan standar global di kisaran 3 persen, angka CFR Indonesia yang berada diatas 4 persen harus dibaca sebagai tanda batas kapasitas sistem kesehatan.
Sementara tingkat kematian tertinggi ditemui di Jawa Tengah (7,2 persen), Jawa Timur (7,1 persen) dan Bengkulu (6,9 persen).
“Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah episentrum wabah selain DKI Jakarta, dengan kasus aktif yang tinggi. Bengkulu menjadi kasus mengkhawatirkan karena dengan keterisian tempat tidur di RS (bed occupancy ratio/BOR) yang rendah, hanya 14,5 persen, namun memiliki CFR yang tinggi,” ungkap dalam diskusi hasil riset #IDEASTalk yang bertajuk ‘New Normal dan Emergency Brake Policy’ di Jakarta, Jum’at (11/09/2020).
Baca Juga: Peneliti UI Kembangkan Vaksin Covid-19 Tipe DNA
Nuri menjelaskan, untuk menilai kapasitas sistem kesehatan daerah, IDEAS mengkonstruksi indeks kapasitas RS Rujukan Covid-19 Daerah melalui dua variabel, yaitu jumlah tenaga kesehatan (nakes) dan keterisian tempat tidur (BOR).
"Terdapat korelasi antara indeks kapasitas RS dengan tingkat kesembuhan pasien. Provinsi dengan indeks kapasitas RS yang tinggi cenderung memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi, begitupun sebaliknya," ujar Nuri.
Sebelumnya, Nuri mengungkapkan, hingga 5 September, angka case fatality rate (CFR) mencapai 4,2 persen, atau 7.940 kematian. Di saat yang sama, kasus positif yang membutuhkan perawatan mencapai 24,3 persen, atau 46.324 pasien.
“Angka-angka ini menunjukkan pola akselerasi yang mencemaskan, seiring kasus positif harian yang juga terus menanjak. Angka kematian harian pada masa PSBB rata-rata 26 kasus (6 April-5 Juni), kemudian melonjak pasca PSBB menjadi 49 kasus (6 Juni-5 Juli), terus meningkat 73 kasus (6 Juli-5 Agustus), dan kini menembus 80 kasus (6 Agustus-5 September),” kata Nuri Ikawati.
Hasil simulasi IDEAS menunjukkan tidak ada provinsi yang memiliki indeks kapasitas RS yang tinggi. Provinsi dengan indeks kapasitas RS tertinggi termasuk kategori sedang yaitu Kepulauan Bangka Belitung (0,32), Kepulauan Riau (0,29), Kalimantan Utara (0,28), dan DI Yogyakarta (0,27).
Baca Juga: Kasus Covid-19 Masih Tinggi, Komnas HAM Minta Tunda Pilkada Serentak
Sementara provinsi dengan skor indeks terendah adalah Gorontalo (0,101), Papua (0,09), Sumatera Utara (0,08) dan Banten (0,07).
“Terlihat bahwa provinsi dengan skor indeks kapasitas RS yang rendah memiliki peluang lebih besar untuk gagal dalam mengendalikan tingkat kematian, seperti Banten dan Sumatera Utara. Sebaliknya, provinsi dengan indeks kapasitas RS yang lebih tinggi cenderung lebih mampu mengendalikan tingkat kematian,” tutur Nuri.