Suara.com - Penelitian seputar sel T kembali hangat, di tengah pandemi virus Corona Covid-19 yang melanda dunia. Apa sebenarnya sel T?
Secara singkat, sel T adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh manusia. Sel T berfungsi memindai tubuh dan menilai apakah ada ancaman, seperti virus atau sel abnormal, yang perlu disingkirkan.
Dalam sebuah artikel yang terbit di jurnal Science baru-baru ini, peneliti menemukan ada kelompok orang yang kebal terhadap Covid-19, karena sebelumnya pernah terinfeksi influenza biasa.
Infeksi influenza menghasilkan sel T yang bereaksi terhadap virus tersebut dan jenis keluarganya. Sel ini mengingat virus yang ditemui tubuh sepanjang hidup seseorang.
Baca Juga: Studi Peneliti Yale: Virus Corona Covid-19 Berisiko Merusak Sel Otak Pasien
Ketika tubuh mengalami infeksi serupa, sel T mampu mengidentifikasi penyerang tersebut dan mengaktifkan sistem kekebalan untuk melawannya.
"Memiliki respons sel T yang kuat, atau lebih baik dapat memberi tubuh kesempatan untuk meningkatkan respons yang lebih cepat dan lebih kuat," jelas Alessandro Sette, rekan penulis studi dan profesor di LJI, dilansir dari Fox News.
Hasil ini didapat dari sampel peserta yang tidak pernah terpapar SARS-CoV-2 untuk melihat apakah mereka memiliki reaksi kekebalan silang dari paparan virus corona flu biasa sebelumnya.
Peneliti menemukan para peserta dapat menghasilkan sel T memori yang sama reaktifnya terhadap SARS-CoV-2 dan empat virus corona flu biasa lainnya.
Studi baru ini memperluas laporan sebelumnya dari Profesor Shane Crotty, Ph.D., dari LJI, dan Sette Lab yang menemukan 40 persen hingga 60 persen orang yang tidak pernah terpapar Covid-19 memiliki sel T yang bereaksi terhadap SARS-CoV-2.
Baca Juga: Waspada, Kebanyakan Makan Junk Food Memicu Penuaan Sel
Sementara beberapa sel T reaktif silang menargetkan protein lonjakan SARS-CoV-2 ('alat' virus untuk mengikat sel manusia), sel T memori yang sudah ada juga menargetkan protein SARS-CoV-2 lainnya.
Penulis peneliti di Sette Lab mengatakan studi ini penting karena sebagian besar kandidat vaksin menargetkan protein lonjakan.
Reaktivitas silang ini terhadap protein lain juga berpotensi meningkatkan peluang kemanjuran vaksin Covid-19.
Meski begitu, Sette mengatakan temuan studi itu spekulatif dan dibutuhkan lebih banyak data, terlebih studi ini dinilai terlalu awal dilakukan.
Bahkan, Dr. Aaron E. Glatt, ahli epidemiologi, dan rekan dari Infectious Diseases Society of America, mengatakan dirinya tidak akan bergantung pada infeksi sebelumnya.
"Beberapa makalah bahkan mengatakan bahwa vaksinasi influenza sebelumnya mungkin memberikan perlindungan, tetapi saya pasti tidak akan bergantung pada infeksi sebelumnya untuk mengasumsikan kekebalan terhadap Covid-19 saat ini," kata Glatt.
Ia menekankan bahwa setiap orang masih harus memakai masker dan menjaga jarak sosial dengan benar.