Terapi Plasma Darah Ternyata Tidak Kurangi Risiko Kematian Akibat Covid-19

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 11 September 2020 | 06:55 WIB
Terapi Plasma Darah Ternyata Tidak Kurangi Risiko Kematian Akibat Covid-19
Plasma darah hasil donor. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Plasma darah sempat disebut bisa membantu mengurangi risiko kematian pada pasien Covid-19. Tapi, menurut studi terbaru yang dilakukan oleh Indian Council of Medical Research, badan medis teratas India, terapi convalescent plasma (CP) tampaknya tidak mengurangi risiko kematian pada pasien virus Corona sedang hingga parah.

Penelitian itu berjudul 'Convalescent plasma in the management of moderate COVID-19 in India: An open-label parallel-arm phase II multicentre randomized controlled trial (PLACID Trial)'.

Dilansir dari Times of India, dalam terapi plasma, orang yang telah sembuh dari COVID-19 mendonorkan darahnya karena memiliki antibodi terhadap virus SARS-CoV-2.

Darah kemudian diproses untuk menghilangkan sel darah, meninggalkan plasma dan antibodi. Plasma ini kemudian ditransfusikan ke pasien yang terinfeksi virus corona untuk meningkatkan kemampuannya melawan virus.

Baca Juga: 60 Peserta kena Corona, Ketua KPU: Debat Pilkada 2020 Tetap Secara Langsung

Plasma darah hasil donor. (Shutterstock)
Plasma darah hasil donor. (Shutterstock)

Untuk melakukan penelitian, total 464 pasien virus korona dianalisis, yang telah mengembangkan gejala penyakit sedang termasuk kesulitan bernafas dan saturasi oksigen kurang dari 93 persen.

Pasien COVID dibagi menjadi dua kelompok untuk menganalisis dampak terapi plasma dalam mengurangi risiko kematian dan menghentikan perkembangan infeksi.

Oleh karena itu, 235 pasien kelompok pertama diberikan terapi plasma untuk membantu pemulihan mereka, sementara 229 pasien COVID-19 menerima perawatan standar terbaik.

Pasien dalam kelompok pertama diberi dua dosis 200 ml plasma, selang 24 jam. Hasil dari pasien pada kedua kelompok dibandingkan setelah 28 hari dan ditemukan bahwa 34 pasien dari kelompok pertama (mereka yang telah menerima terapi plasma) telah meninggal karena penyakit tersebut.

Sebaliknya, 31 pasien, yang diberi perawatan standar terbaik dan tidak menerima terapi plasma, telah meninggal. Studi ICMR juga mencatat bahwa 17 pasien di kedua kelompok mengalami gejala parah dan kondisinya memburuk.

Baca Juga: BPOM AS Izinkan Plasma Darah Sebagai 'Obat' Untuk Pasien Covid-19

Studi tersebut menyoroti bahwa tidak ada reaksi merugikan dari terapi plasma dan itu memberikan bantuan ringan tertentu kepada pasien virus corona. Para peneliti mengamati bahwa CPT membantu meringankan gejala tertentu seperti kelelahan dan sesak napas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI