Suara.com - Beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Jakarta, berencana akan menerapkan kembali PSBB guna menekan laju penularan Covid-19. Namun ahli epidemiologi Universitas Indonesia dr. Syahrizal Syarif menyampaikan bahwa pembatasan wilayah atau PSBB saja tak cukup untuk menekan laju penularan Covid-19.
Ia menegaskan bahwa yang paling efektif dalam pencegahan infeksi virus corona adalah disiplin penerapan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Namun syaratnya, 3M itu harus dilakukan oleh 90 persen warga yang keluar dari rumah.
"Kalau pasien itu kekebalan tubuh, kekuatan biologis, maka pemakaian masker dan jaga jarak, cuci tangan adalah kekebalan sosial. Dia hanya bisa berdampak kalau masyarakat menggunakannya, melaksanakannya. Kalau vaksin itu dia harus 70 persen dari penduduk, maka 3M itu paling tidak 90 persen dari penduduk yang berada di luar," papar Syarif kepada Suara.com, Kamis (10/9/2020).
Sebelum memaksa masyarakat disiplin aturan 3M tersebut, menurut Syarif, pemerintah harus memastikan bahwa setiap penduduk, terutama di lapisan bawah, telah memiliki masker yang memadai. Kemudian juga perlu dilakukan kampanye besar-besaran oleh tokoh masyarakat atau influencer.
Baca Juga: Anies Akan Terapkan PSBB, Kasus Corona DKI Meroket Tambah 1.450 Pasien
Terakhir, kata Syarif, sanksi berupa denda uang bagi setiap pelanggar. Ia menyampaikan hukuman yang selama ini diterapkan petugas kepada pelanggar protokol kesehatan masih terkesan main-main.
"Sekaramg kita lihat, nggak pakai masker disuruh nyanyi lagu kebangsaan, lari-lari di lapangan, cat trotoar, itu namanya nggak serius. Di Korea saja denda minimal 1,2 (juta). Bagi mereka yang sudah beberapa kali melanggar, denda sebanyak 30 juta. Semua harus pakai penalti, hanya penalti yang buat orang jera. Pakai masker bukan budaya kita soalnya," ucapnya.
Namun, sekalipun 90 persen masyarakat di area publik disiplin terapkan protokol kesehatan, Syarif berpandangan, butuh waktu sekitar enam bulan untuk bisa menekan laju infeksi virus corona. Sebab, berkaca dari Wuhan yang melakukan lockdown secara total saja baru bisa menghambat penularan Covid-19 dalam waktu dua bulan.
"Wuhan lockdown dengan betul-betul ketat. Di jalan hanya ada tenaga kesehatan, tenaga keamanan, dan pembawa logistik. Dengan ketat gitu saja dampaknya baru terlihat dua bulan. Jadi kalau kita lakukan seperti ini, efektifitasnya paling 30 persen dari apa yang dilakukan di Wuhan," ucapnya.
Selain itu, Wuhan tidak hanya dikunci akses keluar masuknya. Tetapi tenaga medis juga segera secara masif lakukan pemeriksaan ke setiap rumah terhadap 5 juta dari 11 juta penduduk di Wuhan hanya dalam waktu 20 hari.
Baca Juga: DKI PSBB Total, OJK Pastikan Industri Jasa Keuangan Tetap Beroperasi
"Jadi bukan hanya lockdown. Nah, kita mampu nggak lakukan begitu. Kan nggak lakukan begituan. Kita sekadar omong-omong saja, PSBB implementasinya nggak jelas," ucap Syarif.