Studi: Perceraian Orangtua Berdampak pada Hormon Oksitosin Anak

Kamis, 10 September 2020 | 14:14 WIB
Studi: Perceraian Orangtua Berdampak pada Hormon Oksitosin Anak
Ilustrasi anak broken home. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orang yang mengalami perceraian orangtua di usia kanak-kanak disebut memiliki hormon oksitosin atau hormon cinta yang lebih rendah saat dewasa. Hal ini dinyatakan pada sebuah penelitian yang disusun oleh para peneliti dari Baylor University. 

Melansir dari Medical Xpress, oksitosin disekresikan di otak dan dilepaskan ketika seseorang mengalami pengalaman ikatan yang berhubungan dengan kasih sayang. Homon oksitosin juga terkait dengan rasa keterkaitan, kecemasan, dan kasih sayang. 

"Sejak tingkat perceraian di masyarakat kita mulai meningkat, ada kekhawatiran tentang efek perceraian pada anak-anak," kata penulis utama Maria Boccia, Ph.D., profesor studi anak dan keluarga dari Baylor University.

"Oksitosin adalah hormon saraf yang penting dalam mengatur perilaku," imbuhnya. 

Baca Juga: Efek Kesehatan Mental Anak setelah Pandemi Covid-19 Tak Bisa Diprediksi

Ilustrasi oksitosin alias hormon cinta. (Shutterstock)
Ilustrasi oksitosin alias hormon cinta. (Shutterstock)

Para peneliti dalam studi ini meneliti pengaruh pengalaman perceraian orangtua pada anak-anak. "Apa yang kami temukan adalah bahwa oksitosin secara substansial lebih rendah pada orang yang mengalami perceraian orangtua di masa kanak-kanak dibandingkan dengan mereka yang tidak, ini berkorelasi dengan risiko dampak keterikatan," kata Boccia. 

"Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat oksitosin dipengaruhi secara merugikan oleh perceraian orangtua," imbuhnya.

Pada penelitian ini, orang yang pernah mengalami perceraian orangtua saat di usia anak-anak menunjukkan bahwa mereka menilai orangtua kurang perhatian dan lebih cuek. Mereka juga menilai ayah mereka lebih kasar. 

Selain itu, peserta penelitian yang mengalami perceraian orangtua di masa anak-anak juga disebut kurang percaya diri, lebih tidak nyaman dengan kedekatan, dan merasa kurang aman dalam hubungan. 

Studi baru ini telah diterbitkan dalam Journal of Comparative Psychology.

Baca Juga: Cegah Dampak Perceraian pada Kesehatan Mental Anak, Lakukan 5 Hal Berikut!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI