Ilmuwan Inggris Bikin Alat Pemeriksa Risiko Kematian Pasien Covid-19

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 10 September 2020 | 13:01 WIB
Ilmuwan Inggris Bikin Alat Pemeriksa Risiko Kematian Pasien Covid-19
Ilustrasi pasien covid-19 mengalami koma. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Risiko kematian pasien Covid-19 berbeda-beda tergantung kelompok usia hingga penyakit penyerta.

Karena itu, sekelompok peneliti Inggris mencoba membuat alat untuk mendeteksi risiko kematian menjadi lebih mudah.

Dilansir ANTARA, ilmuwan Inggris telah mengembangkan model penilaian empat tingkat untuk memprediksi risiko kematian pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19.

Hal itu akan membantu dokter untuk memutuskan secara cepat mengenai perawatan terbaik untuk setiap pasien.

Alat tersebut, yang dirinci dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis BMJ pada hari Rabu (9/9), membantu dokter memasukkan pasien ke dalam salah satu dari empat kelompok risiko Covid-19 - dari risiko kematian rendah, menengah, tinggi, atau sangat tinggi.

Saat ini rumah sakit di seluruh dunia menghadapi gelombang pasien dengan Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru.

Dokter mengatakan mereka membutuhkan alat prediksi risiko yang lebih cepat dan lebih akurat untuk segera mengidentifikasi pasien dengan risiko kematian tertinggi dan membantu mendapatkan perawatan yang ditargetkan.

Model baru - disebut Skor Kematian 4C (Coronavirus Clinical Characterization Consortium) - menggunakan data seperti usia, jenis kelamin, kondisi yang mendasari, pernapasan dan tingkat oksigen darah.

Hasil studi menunjukkan itu mampu memprediksi risiko lebih akurat daripada 15 model yang sebanding, kata para peneliti, dan itu juga lebih berguna dalam pengambilan keputusan klinis.

Baca Juga: Gawat, Sudah 300.000 Orang Meninggal karena Covid-19 di Amerika Selatan

"Ini akan terbukti penting dalam membantu membimbing para dokter untuk secara optimal merawat pasien yang paling sakit," kata Ewen Harrison, seorang profesor ilmu bedah dan data di Universitas Edinburgh yang ikut memimpin penelitian dan mempresentasikannya dalam sebuah pengarahan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI