Suara.com - Hari Olahraga Nasional atau Haornas selalu diperingati setiap tanggal 9 September. Pada momentum ini, semua orang mestinya semakin sadar pentingnya olahraga bagi kesehatan tubuh secara menyeluruh, baik anak-anak maupun orang tua.
Sebuah studi yang dipimpin oleh Penn State University, menemukan berolahraga lebih banyak dari biasanya atau lebih banyak duduk dari biasanya selama sehari bisa memengaruhi tidur larut malam.
Para peneliti dalam studi mikro-longitudinal satu minggu, menemukan bahwa ketika remaja melakukan lebih banyak aktivitas fisik daripada biasanya, mereka tidur lebih awal, tidur lebih lama dan tidur lebih nyenyak.
Secara khusus, tim menemukan bahwa aktivitas fisik sedang maupun berat membuat remaja tidur 18 menit lebih awal dan tidur 10 menit lebih lama. Bahkan mereka juga memiliki tingkat efisiensi tidur yang 1 persen lebih baik di malam hari.
Baca Juga: Lesi Nyeri di Kulit Bisa Jadi Tanda Serangan Jantung, Begini Cirinya!
"Masa remaja adalah masa kritis untuk mendapatkan tidur yang cukup. Karena, tidur bisa memengaruhi kinerja kognitif dan kelas, stres dan perilaku makan," kata Lindsay Master, ilmuwan data di Penn State dikutip dari Medical Express.
Penelitian ini menunjukkan bahwa mendorong remaja untuk menghabiskan lebih banyak olahraga di siang hari bisa membantu meningkatkan kualitas tidur dan kesehatannya di malam hari.
Sebaliknya, para peneliti juga menemukan bahwa lebih banyak duduk di siang hari berkaitan dengan kesehatan dan kualitas tidur lebih buruk.
"Hubungan antara aktivitas fisik dan tidur ini bak jungkat-jungkit. Ketika Anda lebih banyak berolahraga, maka tidur akan lebih awal dan lebih lama. Begitupun sebaliknya," jelas Orfeu Buxton, profesor kesehatan biobehavioral di Penn State.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa remaja membutuhkan delapan hingga sepuluh jam tidur malam. Tapi, perkiraan terbaru menunjukkan bahwa sebanyak 73 persen remaja tidur kurang dari 8 jam.
Baca Juga: 3 Alasan Pakai Masker Masih Sangat Penting saat New Normal Pandemi
Di sisi lain, penelitian itu juga menemukan bahwa orang yang lebih aktif secara fisik cenderung tidur lebih lama dan memiliki kualitas tidur baik.
Pada studi ini, para peneliti menggunakan data dari 417 partisipan dalam studi Fragile Families and Child Wellbeing. Para peserta mengenakan akselerometer di pergelangan tangan dan pinggul untuk mengukur tidur dan aktivitas fisik selama satu minggu.
Salah satu kekuatan dari studi ini adalah menggunakan perangkat untuk mendapatkan pengukuran yang tepat tentang tidur dan aktivitas, dibandingkan wawancara langsung.
Selain menemukan hubungan antara aktivitas fisik memengaruhi tidur malam itu, para peneliti juga menemukan hubungan antara tidur dan aktivitas keesokan harinya.
Mereka menemukan bahwa ketika peserta tidur lebih lama dan bangun, mereka akan tidak banyak bergerak atau berolahraga di keesokan harinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya waktu luang untuk berolahraga di esok harinya.