Suara.com - Para ahli terus meneliti dan memprediksi berapa lama pandei virus corona atau Covid-19 akan berlansung.
Kini seorang ahli memperingatkan bahwa virus corona bisa menjadi bagian dari kehidupan selama tiga tahun ke depan dan mungkin tidak akan hilang bahkan jika vaksin telah ditemukan, seorang ilmuwan terkemuka memperingatkan.
Profesor Hendrik Streeck, seorang ahli virus Jerman terkemuka, meramalkan bahwa dunia akan menghadapi wabah Covid-19 secara teratur hingga setidaknya 2023.
Ahli virologi memimpin tanggapan pandemi di Heinsberg, salah satu distrik yang paling parah terkena dampak di Jerman, menggunakan kota Gangelt untuk mempelajari bagaimana virus menyebar dan bagaimana itu bisa dibendung.
Baca Juga: Epidemiolog UI Sebut Indonesia Belum Maksimal Atasi Pandemi Covid-19
Dilansir dari Metro UK, dia mengatakanvirus ini tidak menghilang. Sekarang sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari.
"Ini akan tetap ada dalam tiga tahun dan kita harus menemukan cara untuk menghadapinya," kata dia.
Ilmuwan mengatakan jarak sosial masih akan menjadi cara paling efektif untuk menahan virus corona di tahun-tahun mendatang. Dia memperkirakan wabah besar akan didorong oleh peristiwa 'super-spreader seperti pesta rumah.
"Kami tahu bahwa jarak sosial, tidak berkumpul dalam kelompok besar dan menutupi wajah dapat berdampak besar pada infeksi,' katanya.
Menurutnya, ini adalah tindakan sederhana yang dapat membantu menghentikan penyebarannya jika Anda memiliki tingkat infeksi yang besar. Profesor Streeck menambahkan bahwa kemungkinan vaksin akan ditemukan tetapi memperingatkan itu mungkin tidak diproduksi dengan cepat.
Baca Juga: Pemakaian Masker Bikin Mata Kering? Berikut Beberapa Cara Mengatasinya
"Vaksin mungkin jawabannya tapi kami tidak tahu. Kemungkinan kami akan memiliki vaksin tetapi mungkin tahun depan atau lebih lama," kata dia.
Organisasi Kesehatan Dunia sebelumnya mengatakan pihaknya berharap pandemi akan berakhir dalam dua tahun.
Prediksi itu berdasarkan pandemi flu Spanyol tahun 1918 yang membutuhkan waktu dua tahun untuk diatasi. Flu tahun 1918 menewaskan sedikitnya 50 juta orang, sementara Covid-19 sejauh ini telah menyebabkan sekitar 880.000 kematian, menurut penghitungan Universitas John Hopkins.