Sebuah studi yang dilakukan oleh Sistem Kesehatan Universitas Loyola Marymount, California, menjelaskan kemungkinan penyebab happy hypoxia:
1. Reseptor ACE2 terdapat pada sel-sel otak yang merespons hipoksia
Hipoksemia menyebabkan kesulitan bernapas melalui reseptor kimia khusus yang disebut badan karotis yang ada di otak.
Reseptor ACE2, permukaan sel yang digunakan oleh virus corona memasuki sel sehat, juga ada di badan karotis. Jadi, ada kemungkinan reseptor ini mungkin berperan dalam dispnea (kesulitan bernapas), namun, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami hal ini.
![Medical ventilator yang sangat dibutuhkan para pasien Covid-19. Pabrikan otomotif juga akan menggarap ketersediaannya. Sebagai ilustrasi [Shutterstock].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/04/01/13392-medical-ventilator.jpg)
2. Oksimeter denyut tidak seefektif pada pasien yang sakit kritis
Oksimeter merupakan alat untuk menghitung kadar oksigen di dalam darah.
Pembacaan dari oksimeter denyut memiliki perbedaan sekitar 4 persen dari saturasi oksigen arteri yang sebenarnya, SaO2. Oksimetri kurang dapat diandalkan pada tingkat SaO2 di bawah 80 persen.
3. Demam dapat memengaruhi cara tubuh kita merespons hipoksia
Demam, gejala Covid-19, mungkin ada hubungannya dengan happy hypoxia. Badan karotis di otak hanya merespon PaO2 (ukuran tekanan oksigen dalam darah di arteri) dan bukan SaO2. Namun, keduanya dapat bervariasi pada suhu yang berbeda.
Baca Juga: Pasien Covid-19 Kekurangan Oksigen Tapi Belum Tentu Sesak Napas, Kok Bisa?