Suara.com - Penyakit rematik memengaruhi sendi, tendon, ligamen, tulang dan otot. Kondisi ini juga mencakup berbagai jenis artritis, yakni istilah yang digunakan untuk kondisi yang memengaruhi persendian.
Sebagian besar penyakit rematik terjadi ketika sistem kekebalan salah dan mulai menyerang jaringannya sendiri. Kondisi ini juga bisa dikenal sebagai penyakit autoimun.
Dilansir dari Times of India, jenis kelamin seseorang memainkan peran penting dalam penyakit rematik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan autoimun lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Dr Ruma menjelaskan wanita memiliki sistem kekebalan yang lebih kuat daripada pria. Hal itulah yang menjadi alasan tingkat kematian anak perempuan lebih rendah daripada anak laki-laki.
Baca Juga: Kasus Virus Corona Melonjak, Israel Akan Lakukan Pembatasan Parsial
Sebagian besar gen terkait kekebalan terletak di kromosom X dan wanita memiliki dua kromosom X. Oleh karenanya, sistem kekebalan mereka dianggap lebih kuat.
Selain itu, hormon estrogen bersifat pro inflamasi yang membuatnya semakin berisiko bagi wanita jika selnya menyerang diri sendiri.
Meskipun tidak ada data konkret tentang gangguan ini menjadi umum di kalangan wanita, banyak di antaranya yang disebabkan oleh faktor-faktor di sekitar Anda.
Tingkat infeksi telah meningkat pesat. Kasus chikungunya, demam berdarah, bakteri dan jamur terus meningkat. Polusi udara, merokok, stres, paparan bahan kimia beracun dan pestisida melalui makanan yang kita santap juga menyebabkan peningkatan gangguan rematik.
Baca Juga: Muncul Sakit Pada Lidah, Benarkah Tanda Terinfeksi Virus Corona