Penelitian FKUI: 83 Persen Tenaga Kesehatan Mengalami Burnout Saat Pandemi

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 04 September 2020 | 18:00 WIB
Penelitian FKUI: 83 Persen Tenaga Kesehatan Mengalami Burnout Saat Pandemi
Ilustrasi dokter mengalami burtnout. (Shuttterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dokter dan tenaga kesehatan rentan mengalami burnout syndrome, yang bisa berujung pada masalah kesehatan dan kejiwaan di masa depan.

Hasil studi oleh dokter-dokter di Program Pendidikan Magister Kedokteran Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyebut, sekitar 83 persen tenaga kesehatan, termasuk dokter, perawat, dan bidan, mengalami burnout syndrome dengan derajat sedang dan berat.

Ketua Tim Peneliti Dr dr Dewi Soemarko, MS, SpOK mengatakan, tingginya risiko menderita burnout syndrome akibat pajanan stres yang luar biasa berat di fasilitas kesehatan selama pandemi.

"Jadi capeknya itu capek batin, emosi. Burnout jika dibiarkan bisa berkembang menjadi masalah kesehatan. Padahal, tenaga kesehatan adalah aset yang harus dijaga, terutama di masa pandemi," tutur dr Dewi dalam konferensi pers virtual, Jumat (4/9/2020).

Tim peneliti yang terdiri dari Dr. dr. Ray W
Basrowi, MKK, dr. Levina Chandra Khoe, MPH, dan dr. Marsen Isbayuputra, SpOK, melakukan penelitian kepada l.461 responden yang berasal dari Aceh hingga Papua.

Rata-rata usia responden adalah 35 tahun dengan masa kerja 5 tahun. Penelitian dilakukan melaui metode wawancara dan survei.

Hasil lain penelitian menyebut sekitar 41 persen tenaga kesehatan mengalami keletihan emosi, 22 persen mengalami kehilangan empati, dan 52 persen mengaku kurang percaya diri.

Dari seluruh responden, dokter yang menangani pasien Covid-19 berisiko dua kali lebih besar mengalami keletihan emosi dan kehilangan empati.

Sementara itu, dokter umum menjadi populasi dengan tingkat burnout paling besar, disusu oleh dokter spesialis dan bidan.

Baca Juga: Samarinda Berduka, Pejuang Garda Covid-19 RS Hermina Meninggal Dunia

Hasil penelitian ini merekomendasikan bahwa selain aspek proteksi keselamatan dan kesehatan fisik, manajemen rumah sakit, fasilitas kesehatan, dan pemerintah harus mulai memprioritaskan aspek intervensi kesehatan mental seperti pendampingan dan konseling psikologis untuk
tenaga kesehatan terutama yang bertugas selama masa pandemi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI