Namun, karena sulitnya mengukur seberapa banyak berbagai zat yang diserap tubuh, risiko pasti bagi wanita hamil tetap tidak diketahui dan sebaiknya jangan ambil risiko.
Potensi risiko terpapar bau cat
Risiko terkena bau cat berkisar dari efek jangka pendek seperti mual, iritasi pada kulit, mata, hidung atau tenggorokan, kesulitan bernapas, alergi, pusing dan sakit kepala hingga efek jangka panjang seperti kerusakan hati, ginjal, pernapasan, dan sistem saraf.
Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan pelarut selama kehamilan dapat meningkatkan risiko keguguran.
Menurut para peneliti, jangka waktu di mana bayi terpapar renovasi rumah dan tingkat paparan itu penting, dengan kemungkinan bahwa paparan pelarut yang berlebihan dapat meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan cacat lahir dan masalah belajar.
Namun, karena sulitnya mengukur seberapa banyak berbagai zat yang diserap tubuh, risiko pasti bagi wanita hamil tetap tidak diketahui dan sebaiknya jangan ambil risiko.
Gunakan cat yang aman
Pastikan Anda memilih cat dengan hati-hati, dengan cara membaca label untuk mencari tahu keberadaan timbal atau kandungan VOC (Volatile Organic Compounds) yang tinggi.
Meskipun, cat yang paling aman sekalipun sesungguhnya tidak mungkin sepenuhnya bebas VOC menurut Badan Perlindungan Lingkungan. Tapi, Anda masih dapat menemukan cat organik yang aman untuk kehamilan dengan label bebas VOC. Harganya mungkin lebih mahal, ini lebih aman bagi bumil.
Baca Juga: Survei: Hampir 60 Persen Ibu Alami Tekanan Mental Saat Menyusui
Cat berbahan dasar air atau akrilik dianggap jauh lebih aman daripada cat berbahan dasar pelarut dan cat semprot. Selain itu, bahan ini lebih cepat kering, menawarkan retensi warna yang baik, tidak mengeluarkan banyak bau dan bekerja dengan baik bahkan di atas dinding yang sudah dicat minyak.