Kebanyakan Mantan Pasien Covid-19 yang Kembali Dirawat Kena Masalah Paru

Kamis, 03 September 2020 | 16:19 WIB
Kebanyakan Mantan Pasien Covid-19 yang Kembali Dirawat Kena Masalah Paru
Ilustrasi pasien menggunakan alat bantu pernapasan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mantan pasien Covid-19 umumnya jarang kembali ke rumah sakit setelah dua minggu pulih. Namun, beberapa pasien pulih yang kembali ke rumah sakit biasanya datang dengan keluhan tekanan darah tinggi atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Melansir dari Medical News Today, para peneliti dari Icahn School of Medicine di Mount Sinai, New York, membandingkan pasien Covid-19 yang kembali ke rumah sakit dengan mereka yang tidak.

Semua yang termasuk dalam penelitian ini adalah pasien di salah satu dari lima rumah sakit di New York antara 27 Februari hingga 12 April 2020.

Para peneliti mencari catatan kesehatan elektronik pasien yang kembali ke rumah sakit usai pulih. Dari data 2.864 pasien yang dipulangkan, 103 (3,6 persen) pasien kembali ke rumah sakit untuk perawatan darurat. 

Baca Juga: Eijkman: Mutasi Virus Corona D614G Tidak Akan Pengaruhi Pengembangan Vaksin

Ilustrasi Pasien Covid-19. (Pexels)
Ilustrasi Pasien Covid-19. (Pexels)

Separuh dari semua pasien yang kembali ke rumah sakit karena mereka mengalami kesulitan bernapas. Sementara keluhan lain adalah nyeri dada (6 persen), nyeri tubuh (6 persen), perubahan mental (5 persen), pingsan (5 persen), dan infeksi kulit atau jaringan lunak (5 persen).

Pasien yang kembali ke rumah sakit secara signifikan lebih mungkin untuk mengalami hipertensi (36 persen) dan PPOK (6,8 persen).

Anehnya para peneliti menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang jelas antara usia pasien dan kemungkinan mereka untuk masuk kembali. Studi ini telah diterbitkan dalam Journal of General Internal Medicine.

"Banyak fasilitas kesehatan tetap berada di luar kapasitas. Kembali dirawat setelah pulih Covid-19 berpotensi memperburuk beban perawatan," catat para peneliti.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Perdana Menteri Jepang Mundur Karena Virus Corona?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI