Suara.com - Saat pemerintah di seluruh dunia berjuang untuk menyetujui vaksin melawan virus corona yang mematikan, semakin banyak ilmuwan yang mulai memberikan vaksin buatan sendiri untuk diri mereka, teman dan anggota keluarganya
Metode, hasil, dan klaim sangat bervariasi di antara lusinan ilmuwan di seluruh dunia yang telah mengambil jalur yang tidak konvensional ini.
Salah satu upaya tersebut dilakukan oleh ilmuwan Johnny Stine, yang menjalankan North Coast Biologics, sebuah perusahaan bioteknologi di Seattle.
Dilansir dari New York Post, pada Juni, jaksa agung Washington mengugat Stine dengan tuntutan hukum untuk memberikan vaksin buatan sendiri nya kepada Walikota Pulau San Juan Farhad Ghatan dan sekitar 30 orang.
Baca Juga: WHO Rekomendasikan Penggunaan Steorid pada Pasien Covid-19 Parah
Upaya vaksin lain di luar persetujuan FDA adalah Rapid Deployment Vaccine Collaborative, atau RaDVaC, yang memiliki di antara 23 kolaboratornya, ahli genetika Harvard, George Church.
Para pendukung menyambut baik gagasan untuk keluar dari proses pengaturan normal, mengingat keadaan pandemi yang luar biasa.
Tetapi para kritikus mengatakan vaksin buatan ini tidak sedang diuji dari studi terkontrol plasebo dan dapat memiliki konsekuensi negatif yang tak terduga.
Jeffrey Kahn, direktur Institut Bioetika Johns Hopkins Berman, mengatakan bahwa mendorong orang lain untuk menggunakan vaksin buatan sendiri berisiko kembali ke "masa pengobatan paten dan perdukunan," saat obat dijual dengan janji palsu.
Sementara itu, Walikota Ghatan mengaku tidak menyesal menerima vaksin Stine.
Baca Juga: 4 Juta Warganya Positif Corona, Tanda Pandemi Mereda di Brasil Mulai Muncul
"Saya lebih suka memiliki kesempatan untuk mendapatkan perlindungan daripada tidak memiliki perlindungan sama sekali dan menunggu dan menunggu," kata Ghatan.