Hipokondriasis, Merasa Sakit Parah Padahal Hanya Alami Gejala Ringan

Kamis, 03 September 2020 | 10:49 WIB
Hipokondriasis, Merasa Sakit Parah Padahal Hanya Alami Gejala Ringan
Ilustrasi Hipokondriasis, Cemas Merasa Sakit Parah (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Saat Anda mengalami sakit, pernahkah merasa khawatir berlebihan, bahkan sampai menduga kalau itu adalah gejala penyakit kronis? Misalnya saja, sakit kepala yang Anda duga merupakan kanker otak. Pernah? Hati-hati, jika Anda pernah merasa seperti itu, mungkin saja Anda sedang mengalami gangguan kejiwaan hipokondriasis.

Dokter spesialis kejiwaan dr. Andri Sp.KJ menjelaskan bahwa hipokondriasis merupakan gangguan kejiwaan di mana seseorang yakin telah mengidap penyakit berat walaupun gejala yang dialami tidak sesuai atau ringan.

"Misalnya sakit kepala tapi merasa yakin mengalami tumor otak. Sudah diperiksa, tidak ada masalah. Tapi tetap yakin mengalami penyakit itu," jelas dokter Andri seperti dikutip dari kanal YouTube-nya, Kamis (3/8/2020).

Keyakinan itu muncul lantaran seringkali seseorang mencari tahu gejala penyakit berbahaya dan kemudian mencocokkan dengan gejala yang dialaminya. Namun setelah diperiksa, dokter menyatakan tubuhnya sehat.

Baca Juga: Pasien Virus Corona Covid-19 Berisiko Alami Gangguan Kejiwaan, ini Buktinya

Andri menjelaskan, lantaran pemeriksaan medis tidak sesuai keyakinannya, pasien hipokondriasis akan terus pergi ke dokter. Padahal gejala sakit fisik yang dialami biasanya hanya pada satu bagian organ. Namun hal itu telah membuat pasien khawatir mengidap penyakit berbahaya sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya.

"Orang mengalami hipokondriasis sebenarnya jarang. Dikatakan bahwa hipokondriasis kepikiran terus sama satu penyakit," katanya.

Menurut Andri, trauma masa lalu bisa jadi penyebab seseorang mengalami hipokondriasis. Seperti pernah mengalami sakit berat saat kecil atau anggota keluarganya yang mengidap penyakit. "Karena kecemasan luar biasa, gejala itu berpindah jadi suatu keyakinan bahwa ada sesuatu yang salah di dalam tubuh," lanjutnya.

Pengobatan melalui terapi agak sulit dilakukan untuk menyembuhkan hipokondriasis tersebut. Sebab pengidapnya akan merasa tidak nyaman jika diminta untuk minum obat.

Andri mengatakan, pasien hipokondriasis umumnya hanya ingin menjalani pemeriksaan medis untuk membuktikan kalau kekhawatirannya benar. Sehingga terapi paling baik seharusnya dilakukan lewat kontrol pikiran dari pasien itu sendiri.

Baca Juga: Psikiater Ungkap Sebab Seseorang Miliki Kelainan Seksual Fetish Disorder

"Stop googling, jangan terus menerus googling penyakit. Pililah satu dokter yang bisa berikan keyakinan tidak mengalami hipokondriasis. Sebab orang yang hipokondriasis sebenarnya tidak sakit, tapi senang jika mengalami sakit," jelas Andri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI