Suara.com - Sebuah studi baru oleh para ilmuwan pemerintah di Jerman, menemukan sapi mungkin bisa tertular virus corona Covid-19 dan bisa menjadi ancaman baru bagi perang global melawan pandemi.
Di Federal Research Institute for Animal Health, para peneliti menginokulasi enam sapi dengan virus corona Covid-19. Sebanyak 2 hewan, termasuk seekor anak sapi dinyatakan positif terinfeksi virus corona setelah tes usap hidung atau swab beberapa hari kemudian.
Profesor Martin Beer dan rekannya memeriksa sampel darah dan mendeteksi adanya antibodi khusus untuk virus corona tersebut untuk melihat virus corona Covid-19 yang menyerang manusia telah berkembang biak di tubuh sapi atau tidak.
"Studi eksperimental pertama di dunia pada sapi ini menunjukkan kerentanan yang rendah terhadap virus corona Covid-19. Tidak bisa dikesampingkan bahwa patogen mungkin bisa beradaptasi melalui mutasi," kata lembaga itu dalam makalah non-peer-review yang merinci penelitian tersebut dikutip dari Asia One.
Baca Juga: UGM: Pergerakan Manusia Sebabkan Mutasi COVID-19 Sampai ke Jogja dan Jateng
Virus corona Covid-19 itu sendiri termasuk penyakit yang menyerang manusia, tetapi bisa juga menular ke beberapa hewan.
Studi sebelumnya pun telah mengonfirmasi infeksi virus corona Covid-19 pada musang, hamster, anjing, cerpelai dan kucing. Virus cenderung tidak ditemukan pada tikus, ayam, bebek dan babi.
Hewan yang tergolong rentan sebagian besar berukuran kecil dan tidak ada yang dipelihara dalam jumlah besar sebagai sumber utama daging di seluruh dunia.
Di wilayah dengan jumlah sapi yang banyak dan kasus tinggi pada manusia seperti Amerika Serikat, kontak dekat antara ternak dan pemilik atau pengurus hewan yang terinfeksi bisa menyebabkan infeksi antropo-zoonosis pada sapi.
Karena itu, sapi bisa dimasukkan dalam investigasi wabah jika ada indikasi kontak langsung ke SARS-CoV-2 oleh peternak atau staf yang terinfeksi.
Baca Juga: Gejala Kanker Hati, Pembengkakan Area Tubuh Ini Perlu Diwaspadai!
Pabrik pengolahan daging telah menjadi sarang wabah di beberapa negara. Jerman menempatkan lebih dari 360 ribu orang di bawah karantina paksa setelah wabah di pabrik daging di Guetersloh pada Juni.
Lusinan fasilitas di Amerika Serikat telah menghentikan operasinya tahun ini karena alasan yang sama. Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan insiden ini, seperti tidak adanya jarak sosial atau lingkungan kerja dengan suhu rendah dan kelembapan tinggi.
Ilmuwan Jerman mengatakan penemuan mereka tidak memberikan bukti apapun bahwa sapi atau daging sapi sebagai sumber penularan bagi manusia.
Karena, semua hasil usap oral dan rektal semuanya dites negatif. Jumlah antibodi yang relatif rendah serta tidak adanya gejala yang terlihat menunjukkan bahwa replikasi virus pada sapi dibatasi.
Olah karena itu, tidak ada alasan untuk mengkhawatirkannya. Tapi, Beer berpendapat tim peneliti tetap harus memantau perkembangan selanjutnya.
Pada sapi, beta virus corona dalam keluarga yang sama dengan SARS-CoV-2 tersebar luas dan bisa menginfeksi hingga 90 persen dari 1,5 miliar sapi di seluruh dunia.
"Infeksi ganda pada individu hewan berpotensi menyebabkan rekombinasi antara SARS-CoV-2 dan virus corona sapi," jelas mereka.
Virus chimeric yang dihasilkan, terdiri dari karakteristik virus pernapasan bisa menjadi ancaman tambahan bagi populasi manusia dan ternak.
Profesor Yu Li, seorang peneliti dari Institut Penelitian Hewan Harbin di China, mengatakan virus corona pada sapi dan manusia sangat berbeda. Begitu pula dengan lingkungan tempat tinggalnya.