Pembatasan Dilonggarkan, Kasus Corona di India Meroket Hampir 3,8 Juta

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 02 September 2020 | 17:33 WIB
Pembatasan Dilonggarkan, Kasus Corona di India Meroket Hampir 3,8 Juta
Ilustrasi virus corona di India. (Dok. Twitter@shailajateacher).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Usai pelonggaran pembatasan di negara bagian di India, jumlah kasus infeksi virus corona baru di India naik menjadi hampir 3,8 juta pada Rabu.

Dikutip dari ANTARA, India melaporkan 78.357 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Sehingga total kasus Covid-19 negara itu mencapai 3.769.523, dan 66.333 orang tewas akibat virus corona baru itu, menurut data kesehatan federal.

Hingga kini, kasus Covid-19 India merupakan tertinggi ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Brazil, dan akan menyusul dalam beberapa hari berdasarkan tren kenaikan kasus harian saat ini.

Perdana Menteri Narendra Modi memerintahkan penguncian nasional pada Maret ketika negara itu melaporkan kurang dari 100 kasus harian Covid-19.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Gratis Cuma Buat Pemegang BPJS Miskin

Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)

India sempat mendapat pujian dari beberapa ahli karena tindakan awal tersebut. Tetapi kemudian mendapat peringatan dari yang lainnya karena pembatasan telah diberlakukan terlalu cepat.

Seiring dengan pelonggaran, Kepala pemerintah daerah Goa, tujuan wisata populer di India telah dites dan dinyatakan positif terjangkit virus corona baru.

"Mereka yang melakukan kontak dekat dengan saya disarankan untuk mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan," kata Pramod Sawant dalam sebuah tweet melalui akun Twitter-nya.

Sawant merupakan anggota Partai Bharatiya Janata, yakni partai yang berkuasa pendukung PM Modi.

Pihak berwenang di ibu kota New Delhi dijadwalkan bertemu pada Rabu malam untuk membahas pembukaan kembali kereta metro kota itu, meskipun kasus baru COVID-19 di sana berada pada tingkat tertinggi selama dua bulan.

Baca Juga: Menristek: Belum Ada Bukti Mutasi Virus Corona Terbaru Lebih Berbahaya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI